WONOSOBOZONETidak kurang dari seribu lilin yang menjadi simbol harapan Wonosobo damai dan kota ramah Hak Asasi Manusia (HAM) menghangatkan desa tertinggi di Pulau Jawa, Sembungan. Desa yang secara administratif masuk ke wilayah Kecamatan Kejajar dan berada di ketinggian 2.306 meter diatas permukaan laut, pada Jum’at, 31 Juli malam terlihat lebih hangat dan meriah dengan adanya seribu lilin yang sengaja dinyalakan oleh puluhan komunitas penggiat kota hak asasi manusia Wonosobo.

Menurut anggota Human Right City Task Force atau gugus tugas kota HAM Wonosobo, Fahmi Hidayat, acara yang diikuti puluhan penggiat HAM dari berbagai komunitas, organisasi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum ini dimaksudkan untuk lebih mengenalkan konsep HAM secara utuh kepada semua elemen masyarakat sekaligus sebagai malam renungan, apa saja yang perlu segera dilakukan dan diperbaiki agar Wonosobo sebagai salah satu kota yang aktif menyuarakan HAM bisa menciptakan kota HAM yang ideal, selain untuk memperingati hari jadi ke 190 Wonosobo yang kebetulan tahun ini mengambil tema senada, yakni damai dalam perbedaan dukung Wonosobo Kabupaten Ramah HAM.

Fahmi menambahkan, awal Pemkab Wonosobo fokus menciptakan kotanya sebagai kota ramah HAM, dimulai saat Bupati Wonosobo, Kholiq Arif, mengikuti konferensi internasional kota HAM sedunia di Gwangju pada 2013, dan setelahnya konsep-konsep human rights city lebih dimantapkan. Pada tahun 2015, Wonosobo sendiri bersama puluhan kota di dunia sepakat mewujudkan World Charter on the Right to the City, untuk lebih memperkuat isu global tersebut ke ranah lokal kabupaten.
Sementara Ketua DPRD Wonosobo, Afif Nurhidayat, yang ikut memeriahkan acara, mengemukakan bahwa meski syarat-syarat menciptakan kota ramah HAM tidak terlampau sulit, namun benar-benar dibutuhkan komitmen pemerintah agar bisa mewujudkannya. Disini kehadiran pemerintah sangat mutlak, sebagai pemegang berbagai program dan kebijakan pembangunan, termasuk peran legislatif sebagai pemegang amant rakyat untuk mempercepat berbagai kebijakan dan program tersebut.

Ia menilai, setidaknya selama ini pemerintah telah banyak berusaha, termasuk dalam menyusun berbagai program pro HAM, seperti pemenuhan hak asasi pribadi, politik, hukum, ekonomi, peradilan dan sosial budaya. Disini, menurutnya, kata kunci dari ide gagasan ini adalah penempatan warga masyarakat sebagai warga merdeka yang dapat hidup layak dan bermartabat dalam sebuah daerah. 

Afif menambahkan, dalam HAM juga melekat kewajiban. Karena itu, selain ada hak asasi manusia, ada juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana atau tegaknya HAM, termasuk dalam menggunakannya, semua orang wajib untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang lain.

            Senada dengan mereka, Eka, mahasiswi semester tiga salah satu perguruan tinggi di Jogja asal Selomerto, juga berharap gagasan kota ramah HAM tidak berhenti pada konsep semata, tapi lebih pada bagaimana penerapannya di tengah kehidupan masyarakat, diantaranya harapan memperpendek alur birokrasi dalam pelayanan publik serta mendekatkan pemerintah dengan masyarakat, sehingga apa yang dikeluhkan masyarakat bisa segera didengar dan ditangani pemerintah. Hal ini diperkuat aktivis buruh migran asal Leksono, Nesa, yang berharap HAM juga segera masuk dalam ranah perlindungan tenaga kerja di luar negeri dalam bentuk segera terbitnya PERDA perlindungan bagi tenaga kerja asal Wonosobo di manca negara.

            Selain diskusi dan orasi, dalam acara yang berlangsung khidmat di tengah suhu dingin sekitar 10 derajat celcius ini juga dikumandangkan lagu dan renungan lir-ilir karya M.H.Ainun Najib serta rebana sholawat oleh grup shalawat desa Sembungan, serta pembacaan orasi dan puisi seputar perdamaian dan HAM oleh komunitas puisi Bimalukar, termasuk monolog HAM oleh budayawan asal Wonosobo, Teguh Soetanto atau yang akrab dipanggil Gus Blero. Komunitas Wonosobo Rock Communitiy (WRC) juga ikut menyumbangkan puluhan lagu pop bertema perdamaian.

            Acara ditutup dengan melarung ratusan kertas di telaga Cebong, yang ditulis para peserta, berisi berbagai harapan untuk mewujudkan Wonosobo kota ramah HAM.

0 komentar:

Eatbox Kitchen Wonosobo

Eatbox Kitchen Wonosobo
Jl. T. Jogonegoro, Funbox Resto Cafe, Lt.2
 
wonosobozone.com © 2015. All Rights Reserved.
Top