WONOSOBOZONE - Berbeda dengan cara tanam sayuran kobis yang selama ini memakai pupuk NPK dan organik biasa, puluhan petani kobis desa Siwuran yang tergabung dalam Kelompok Tani Nagaoka dan Sumber Benih, selama 80 hari sejak tanam benih pertama, mencoba menggunakan pupuk hayati Ecofert, bantuan dari PT. Pupuk Kaltim. Hasilnya, mereka berhasil memanen kobis lebih banyak.
Menurut Ketua Himpunan Penyuluh Pertanian Swadaya Kabupaten Wonosobo, Sutono, saat panen kobis di desa Siwuran, Rabu, 20 Juli, pada awalnya pihaknya dibantu petugas penyuluh pertanian kecamatan dan kabupaten, mencoba memfasilitasi petani kobis yang ada di Garung, untuk memanfaatkan produk kemajuan teknologi pertanian, diantaranya pemilihan pupuk sebagai penyuplai nutrisi bagi tanaman, sehingga bisa meningkatkan mutu dan jumlah. Untuk itu pihaknya menerima tawaran dari PT.Pupuk Kaltim, yang bersedia membantu petani, menguji coba penggunaan pupuk hayati pada tanaman kobis.
Untuk tahap awal, dua kelompok tani di desa Siwuran, sepakat menggunakan pupuk jenis ini, ditambah dengan pupuk NPK Pelangi yang juga bantuan dari PT.Pupuk Kaltim, yakni Kelompok Tani Nagaoka dan Sumber Benih, yang masing-masing beranggotakan 20 orang, di atas lahan bengkok desa setempat, seluas 1.600 meter persegi, yang mereka sewa secara patungan.
Dengan menggunakan sistem demplot atau demontration plot, yang merupakan metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan, pada panen kali ini berhasil dipanen tidak kurang 18 ribu pohon kobis dengan total berat mencapai 51,2 ton. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan jika memakai pupuk organik dan pupuk NPK biasa, yang hanya mencapai sekitar 40 ton.
Kepala UPT Penyuluhan dan Pelayanan Terpadu Pertanian dan Perikanan Kecamatan Garung Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Hendri Ekowati, menyampaikan, pihaknya sangat mengapresiasi langkah Himpunan Penyuluh Pertanian Swadaya Kabupaten Wonosobo, bersama penyuluh pertanian kecamatan dan kabupaten serta KORAMIL Garung, yang telah menginisiasi langkah fasilitasi kepada petani dan kelompok tani dalam menggandeng pihak swasta untuk membantu meningkatkan produktivitas petani di Wonosobo, sebab hal ini termasuk sebagai upaya mendukung program Nawacita Presiden Jokowi, khususnya dalam menciptakan percepatan ketahanan pangan nasional.
Secara umum, dengan adanya peningkatan produktivitas ini, diharapkan bisa meningkatkan produktivitas tanaman sayuran, khususnya kobis, yang selama ini jadi komoditas utama petani Wonosobo. Dari data di Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, setiap tahun kobis menyetor angka produktivitas cukup tinggi, yakni 63.000 ton per tahun dengan luas lahan tanam mencapai 3.600 hektar. Angka ini lebih tinggi dibanding kentang yang menyetor angka 52.700 ton per tahun dengan luas lahan tanam sebanyak 3.400 hektar. Kecamatan Sapuran dan Garung sendiri menjadi dua kecamatan terbanyak penyuplai kobis di Wonosobo.
Sedangkan perwakilan dari PT.Pupuk Kaltim, Eko menyampaikan, pihaknya memiliki komitmen dalam mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional, dan pupuk memegang peranan penting di dalamnya. Dan sebagai bentuk diversifikasi pupuk, termasuk untuk meningkatkan mutu dan kualitas tanaman petani, pihaknya mencoba mengenalkan pupuk hayati.
Pupuk hayati sendiri berbeda dengan pupuk organik. Perbedaan yang paling prinsip adalah bahan utama, pupuk organik berasal dari sisa-sisa mahluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sedangkan pupuk hayati umumnya mengandung mikroorganisme hidup yang dapat membantu tanaman memperoleh nutrisi. Ada dua jenis produk hayati PT.Pupuk Kaltim, yaitu pupuk hayati untuk lahan normal dan biodekomposer atau aktivator kompos untuk lahan rawa sulfat masam. Pupuk Hayati Ecofert atau Eco-Friendly Fertilizer, adalah pupuk yang berbahan aktif mikroba fiksasi yang ramah lingkungan untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Pupuk inilah yang dicoba pihaknya digunakan untuk petani kobis di Wonosobo.
Untuk tahap awal, selain petani kobis desa Siwuran, pihaknya juga mengujicoba pupuk hayati bersama `NPK Pelangi di lahan demplot milik petani Cabai di desa Sojopuro dan Pancurwening serta aplikasi untuk tanaman kentang di desa Kuripan Garung.
Sementara Ketua Kelompok Tani Nagaoka, Muksin, mengaku tertarik untuk menggunakan pupuk jenis ini, sehingga bisa lebih meningkatkan hasil tanam. Pihaknya juga sangat berterima kasih kepada Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, serta Himpunan Penyuluh Pertanian Swadaya Kabupaten Wonosobo dan PT.Pupuk Kaltim, sebab sejak kelompok ini berdiri pada tahun 1989, baru kali ini mendapat bantuan, baik itu pupuk maupun paranet dan peralatan bercocok tanam lainnya, sehingga ia optimis di masa depan kobis bisa mengangkat derajat perekonomian mereka. Hal ini ditambah, selain kobis di atas lahan seluas 1.600 meter persegi ini, juga ditanam secara tumpang sari dengan tanaman cabai dan tomat. Sehingga hasilnya bisa langsung dijual ke Pasar Sayur Siwuran, yang letaknya bersebelahan dengan lahan kobis. Untuk harga jual kobis sendiri, diakuinya agak menurun. Saat ini harga per kilonya 1.800 rupiah per kilogram. Sebelumnya harga kobis menembus angka 4.000 rupiah per kilogram di awal lebaran.
0 komentar:
Posting Komentar