WONOSOBOZONE - Pemerintah Kabupaten Wonosobo, siap mengakomodir masukan dan kritik dari setiap pihak, agar kedepan agenda Jagong Budaya bisa lebih baik dan merepresentasikan kebudayaan Wonosobo secara lebih menyeluruh. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Wonosobo, Agus Subagiyo, di kantornya, Rabu, 27 Juli, yang mana hal ini untuk menjawab pertanyaan dan anggapan beberapa pihak, bahwa agenda Jagong Budaya belum mampu merepresentasikan keinginan masyarakat Wonosobo.
Oleh beberapa pihak, Jagong Budaya yang digelar serentak di 15 kecamatan pada tanggal 26 Juli, dianggap hanya seremoni semata dan cuma pameran produk UMKM tingkat kecamatan. Tujuan pokoknya terkait budaya tidak jelas. Salah satunya tidak adanya dialog antara rakyat dengan pemerintah, terkait kebudayaan dulu, sekarang dan masa yang akan datang, yang diharapkan akan membuat rakyat paham dengan esensi peringatan Hari Jadi Wonosobo.
Menanggapi hal ini, Wabup menekankan bahwa tujuan awal Jagong Budaya adalah mendekatkan Pemerintah dengan rakyat, dalam kemasan atraksi seni dan budaya lokal serta mengetengahkan aneka potensi ekonomi lokal dalam bentuk mini ekspo, sehingga ada hubungan emosional yang erat antara rakyat dengan pemimpinnya, baik di tingkat Kabupaten, Kecamatan maupun Pemerintah Desa.
Terkait tidak adanya dialog antara rakyat dengan Pemerintah dalam Jagong Budaya kali ini, Wabup memohon maaf kepada semua pihak. Hal ini tidak tidak bisa terlaksana, lebih karena persoalan waktu yang tidak memungkinkan. Banyaknya agenda dalam Jagong Budaya yang hanya digelar sehari dan serentak di 15 kecamatan menjadikan sesi dialog antara rakyat dengan Pemerintah tidak bisa terlaksana.
Namun ia mengaku siap mengakomodir segala kritikan dan masukan, dan segera mengumpulkan pihak terkait, agar kedepan sesi dialog bisa diagendakan dalam Jagong Budaya, sehingga rakyat bisa mendapat ruang yang lebih luas untuk berinteraksi dengan pimpinannya, sekaligus menyalurkan segala aspirasnya sehingga segala permasalahan maupun masukan dari akar rumput bisa terserap Pemerintah.
Wabup menambahkan, sebenarnya tidak semua Jagong Budaya yang tersebar di 15 kecamatan meniadakan sesi dialog atau sarasehan dengan rakyat. Ia mencontohkan dirinya, yang bersama beberapa pejabat setelah Jagong Budaya di Kaliwiro, sore harinya melakukan dialog dengan tokoh masyarakat dan budaya di Kecematan Kepil, yang siang harinya juga menggelar Jagong Budaya.
Dalam kesempatan tersebut, beberapa budayawan dan seniman setempat, diantaranya dalang Slamet Tugiyanto, mengusulkan agar Pemkab mengagendakan pentas seni rutin dan jika memungkinkan tiap sebulan sekali di Pendopo Kabupaten. Hal ini perlu dilakukan selain untuk uri-uri budaya lokal, juga untuk memberi ruang bagi para seniman dan budayawam lokal, sehingga budaya Wonosobo tetap langgeng dan generasi muda tidak kehilangan jati dirinya.
Sekretaris Pantia Peringatan Hari Jadi Wonosobo ke 191, Tri Antoro, menambahkan bahwa konsep awal Jagong Budaya adalah kelanjutan dari upacara peringatan Hari Jadi tanggal 24 Juli, yakni Boyong Kedaton dan Pisowanan Agung, yang mana dalam gelaran ini, aparatur Pemerintah Desa dan Kecamatan yang sowan ke aparatur Pemerintah Kabupaten. Dan dalam Jagong Budaya gantian, unsur-unsur aparatur Pemerintah Kabupaten silaturahmi dengan turun ke bawah.
Hal ini diharapkan agar hari jadi tidak hanya di level kabupaten saja tapi juga di tingkat kecamatan. Dan dari evaluasi yang dilakukan pihaknya, meski baru tahap awal, terbukti banyak pihak dan khususnya rakyat senang serta enjoy. Meski demikian ia tidak menampik, bahwa pihaknya tidak mungkin mengakomodir usulan semua pihak, karena waktu yang terlalu pendek, padahal acara hanya digelar sehari. Dan hal ini tetap akan menjadi bahan masukan untuk evaluasi pihaknya agar ke depan gelaran Jagong Budaya bisa lebih optimal.
Sementara menurut Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Kantor Pariwisata, Seni dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wonosobo, Bambang Triyono, Jagong Budaya adalah hal yang baru, masih dalam taraf permulaan tentu banyak masukan. Adapun makna Jagong Budaya adalah pejabat dan pelaku budaya berkumpul bersama rakyat setempat, sehingga satu sama lain terlibat.
Adapun dialog atau sarasehan sebenarnya sudah diagendakan, tapi karena waktu yang berhimpitan sehingga tidak mungkin dilaksanakan. Hal ini akan coba diakomodir di tahun depan, untuk itu ia berharap semua pihak bisa mahfum, karena Jagong Budaya baru tahap awal, sehingga ke depan akan disatukan semua masukan dan kritikan dari semua pihak.
0 komentar:
Posting Komentar