WONOSOBOZONE - Kondisi sebagian besar sungai di Kabupaten Wonosobo saat ini masuk kategori tidak sehat. Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Endang Lisdiyaningsih bahkan mengakui, sungai-sungai sekarang sangat memprihatinkan.
Penyebabnya, menurut Endang tak lepas dari kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai, sehingga merusak ekosistem dan biota yang ada di dalamnya. Padahal, menurutnya biota sungai berperan penting sebagai indikator, sejauh mana sungai tersebut bisa dikatakan sehat dan layak menjadi sumber kehidupan. "Pemerintah tak henti-henti menyosialisasikan dampak berbahaya dari kebiasaan membuang sampah di sungai, bahkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2016 soal pengelolaan sampahpun sudah diterbitkan," ungkap Endang saat ditemui di Balai Kelurahan Garung, usai menjadi salah satu narasumber acara pelatihan merawat sungai dengan memanfaatkan biota, Sabtu (14/1).
Acara yang digagas Jaringan Kerja Pendamping Masyarakat (JKPM), dengan melibatkan sejumlah pelajar di Garung itu, diakui Endang layak diapresiasi. Sebagai salah satu narasumber, Endang mengaku banyak mengungkapkan perlunya sinergitas Pemda dengan seluruh elemen masyarakat, agar budaya buruk buang sampah di sungai bisa dihentikan. "Pelajar sebagai generasi penerus, selayaknya memang terlibat lebih aktif untuk memutus mata rantai kebiasaan merusak sungai," lanjut Endang. Pemerintah desa pun, ditegaskannya perlu lebih serius mengarahkan warga agar sadar, pendapat bahwa aliran sungai di saat hujan mampu melenyapkan sampah, sama sekali tidak benar.
Perda Nomor 4 Tahun 2016, disebut Endang juga mengatur hal mengenai kewenangan pemerintah desa untuk mengelola sampah, mulai dari perencanaan sampai ke penganggaran. "Biasanya kesepakatan masyarakat desa untuk mengatur sanksi terhadap pelanggar aturan buang sampah sembarangan lebih ditaati dan lebih efektif," tandasnya.
Perihal peran penting sungai sebagai sumber kehidupan, diungkap pula oleh Ngabidin, Ketua Serikat Petani Indonesia Kecamatan Garung yang dalam acara itu juga didaulat sebagai salah satu narasumber. Secara tegas, Ngabidin menyebut ada ironi di Wonosobo, karena sebagai daerah pegunungan dan kaya akan sungai, warga masyarakatnya justru kurang sadar akan potensi sungai. Tak hanya sekedar sumber kehidupan, Ngabidin bahkan mengakui, sungai-sungai di Wonosobo sudah selayaknya dioptimalkan sebagai salah satu potensi wisata. "Wonosobo ini mungkin hanya satu-satunya Kabupaten di Jawa Tengah, yang di seluruh wilayah Kecamatan nya, memiliki sungai," ungkap Ngabidin.
Di Negara-Negara maju, sungai menurut Ngabidin dioptimalkan untuk mengangkat derajat ekonomi warga melalui sektor Pariwisata. "Negara-Negara di Eropa, atau bahkan tetangga kita Singapura sudah memanfaatkan sungai sebagai urat nadi perekonomian warga masyarakat, tak lagi sekedar sumber air atau irigasi semata," bebernya. Wonosobo pun, ditegaskannya mampu mengarah kesana, asalkan sungai beserta biota dan ekosistem nya benar-benar terjaga. Keberadaan biota sungai, seperti laba-laba air, udang dan ikan yang kini mulai jarang ditemui, menurut Ngabidin menjadi penanda bahwa kualitas sungai tak lagi sehat.
"Perlu kesadaran warga masyarakat untuk mengembalikan biota-biota tersebut dengan berhenti membuang sampah dan pestisida ke sungai, sehingga sungai di Wonosobo benar-benar layak menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk," tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar