WONOSOBOZONE - Pemerintah Kabupaten Wonosobo mulai menunjukkan keseriusan dalam rangka mengantisipasi fluktuasi harga dan ketersediaan komoditas yang masuk dalam kategori kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas). Hal itu terlihat ketika 2 Tim pemantau di bawah koordinasi Bagian Perekonomian dan Ketahanan Pangan Setda, berkeliling di pasar Induk Wonosobo, dan Pasar Sapuran, Senin (13/6). Kabag Perekonomian dan Penanganan Modal, Harti menyebut upaya melakukan pemantauan tersebut merupakan bagian dari strategi Pemkab untuk mengantisipasi munculnya potensi kerawanan terkait harga maupun stok Kepokmas di pasar-pasar tradisional.
"Tim pemantau diisi unsur dari Satpol PP, Dinas Kesehatan, Kantor Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Bagian Komtel Setda, serta Bagian Perekonomian dan Ketahanan Pangan sendiri," tutur Harti. Hasil pemantauan di pasar-pasar tradisional tersebut, menurut Harti, akan digunakan sebagai bahan evaluasi terkait apa saja yang perlu dilakukan pemerintah Daerah. "Seperti apabila memang ketersediaan Beras di pasar mengalami kekurangan, maka secepatnya akan digelar operasi pasar, agar masyarakat tetap bisa mendapat kan kebutuhan pokok mereka," lanjut nya. Selain itu, pihaknya juga berupaya agar melalui pemantauan di pasar-pasar Kecamatan tersebut, diketahui pula sejauh mana tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas utama, sehingga ada antisipasi lebih dini, apabila terjadi lonjakan permintaan.
Langkah melakukan antisipasi dini tersebut diapresiasi Asisten Perekonomian Setda, Amin Suradi. Di sela pemantauan harga-harga Kepokmas di Pasar Sapuran, Amin mengungkap pentingnya Pemkab memiliki data-data akurat mengenai kondisi teraktual pasar tradisional. "Pasar tradisional saat ini masih menjadi tempat utama warga masyarakat Wonosobo untuk mendapat kebutuhan pokok mereka, jadi sewajarnya apabila pemantauan ini digelar secara lebih intensif," jelas Amin. Dari pemantauan langsung di Pasar Sapuran pula, Amin mengaku paham alasan beberapa jenis komoditas bertahan di harga relatif tinggi. "Daging sapi contohnya, saat ini bahkan ada yang menjual di harga Rp 130.000,- per kilogram karena memang kebanyakan pedagang masih memotong sendiri sapi yang dibeli dari peternak secara langsung," tuturnya. Belum masuknya daging impor di pasar tradisional, diyakini Amin membuat harga yang harus ditebus konsumen menjadi tinggi.
Selain pasar Induk Wonosobo dan pasar Sapuran, dalam beberapa hari ke depan Tim pemantau juga akan menyambangi pasar-pasar lain seperti Leksono, Kertek, Kaliwiro dan Selomerto.
0 komentar:
Posting Komentar