WONOSOBOZONE - Menyembunyikan kesedihan dalam tawa, sebenarnya itulah yang sedang saya rasakan saat ini bersama keluarga besar petani Negeri atas awan Dieng.
Bagaimana kita tidak sedih ketika harapan kami satu-satunya untuk bertahan hidup harus kita relakan ketika terkena semburan asap dari pembangkit listrik tenaga panas bumi yang ada di sini.
Kejadian itu berawal 3 bulan lalu ketika salah satu sumur pengeboran atau sumur produksi mengalami kebocoran sehingga asapnya tidak bisa lagi di kontrol.
Modal dan biaya yang di keluarkan seketika hangus dan kita pun tak tau lagi harus memulai dari awal bagaimana caranya. Meminta ganti rugi kerap kali kita lakukan, melakukan demo pun bisa 3-4 kali dalam satu minggu, namun jawaban mereka masih sama menunggu dan harus menunggu dana cair.
Saya sebagai pemula jujur saya mengumpulkan uang untuk memulai bertani tidak sebentar dan tidak mudah, saya harus menyisihkan uang saya dari jadi guide atau porter ke gunung, karena harapan saya dan keluarga saya sangat besar ketika saya merencanakan membeli bibit baru dan juga peremajaan tanah, saya harus mempunyai modal 2x lipat, dan saya berharap hasilnya pun bisa sesuai harapan, namun apa yanh terjadi seketika tanaman kentang, cabai dan carica di kebun lenyap dalam waktu sebentar.
Saya sangat berharap dari pihak Geo Dipa Energi atau dari pemerintah untuk segera mengganti rugi dan membenahi sumur yang rusak, sebab jika tidak akan percumah saja ketika kita memulai menanam lagi akan terulang kembali kejadian seperti.
Tentunya gak bisa dihitung kerugian nominalnya, seluruh ladang kami rusak. Air sudah tercemar gak bisa di minum lagi, seng atap rumah kropos, besi juga kropos, cat dinding cepet pudar. Belum lagi suara yang sangat keras bergemuruh yang tiap malam seluruh warga menjadi cemas.
Kami tidak meminta muluk-muluk, cukup kembalikan bumi yang lestari seperti dulu. Walaupun hanya petani tapi kami bersyukur, hidup tenang.
Perekonomian kami yang langsung di bunuh. Entah sampai kapan kami bertahan dengan kondisi yang seperti ini? Saat ini kami hanya bisa ngelus dada dan berdoa semoga allah memberi jalan yang terbaik untuk kita semua.
Penulis : Ulfa Nada ( Warga Dieng ) 25/10/2016
0 komentar:
Posting Komentar