WONOSOBOZONE - Diperlukan komitmen antar pihak untuk mewujudkan Wonosobo bebas Buang Air Bebas Sembarangan atau ODF (Open Defecation Free), hal ini disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo, Eko Sutrisno Wibowo, di hadapan Camat dan Kepala Puskesmas se Kabupaten Wonosobo, saat membuka penggalangan komitmen wujudkan Wonosobo bebas buang air besar sembarangan, Senin, 28 November di Ruang Krt.Mangoenkoesoemo Setda.
Ditegaskan Sekda, selain penguatan komitmen, Wonosobo Bebas Buang Air Besar Sembarangan dapat dicapai, apabila ada kepedulian, koordinasi dan sinergitas, maupun peran seluruh mitra terkait, untuk bersama-sama berkomitmen, serta bertanggung jawab mensukseskan Wonosobo Sehat, yaitu Kabupaten Wonosobo Bebas Buang Air Besar Sembarangan.
Hal ini juga untuk mewujudkan Kabupaten Wonosobo Universal Acces tahun 2019, yaitu 100% masyarakat mengakses air minum, 0% lingkungan kumuh dan 100% masyarakat mengakses sanitasi.
Di sisi lain, kegiatan ini juga diharapkan bisa menjadi ruang untuk mengevaluasi seberapa jauh perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, untuk selanjutnya membangun strategi dan ditindaklanjuti melalui program serta kegiatan riil yang nantinya mampu mendukung percepatan pencapaian total sanitasi.
Selain itu, Eko juga berharap agar seluruh mita terkait, khususnya Tim Tekhnis, bisa meningkatkan kesadaran serta memberdayakan masyarakat, agar merubah perilaku buang air besar sembarangan menjadi buang air besar di jamban yang sehat, sekaligus membangun keswadayaan masyarakat untuk melakukan aksi-aksi ramah lingkungan hidup seperti membuang sampah pada tempatnya, menanam dan memelihara pohon serta menggunakan energi secara bijak.
Ke depan Eko berharap, kepedulian seluruh elemen masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup tidak berhenti disini saja, akan tetapi terus dilanjutkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan hidup, maupun dukungan dari seluruh elemen masyarakat untuk menginternalisasikan nilai-nilai kelestarian lingkungan dalam setiap kegiatannya.
Eko juga menyampaikan bahwa sanitasi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terkait dengan penyehatan masyarakat dan lingkungan dalam cakupan serta layanan terhadap akses limbah, persampahan, drainase, air minum dan pola hidup bersih dan sehat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diharapkan dukungan seluruh mitra terkait, bagi terbangunnya perencanaan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada semua tingkatan pemerintahan, untuk memberikan arah yang jelas, tegas serta menyeluruh bagi pembangunan sanitasi yang sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan, Okie Hapsoro BP, menyampaikan saat ini baru 25 desa di Wonosobo yang sudah dinyatakan ODF atau Bebas Buang Air Sembarangan, dan 165 desa yang sedang mengakses program ODF, atau dengan kata lain cakupan ODF di Wonosobo baru 51 Persen. Kecamatan Kaliwiro menyumbang angka terbanyak, yakni 5 desa yang dinyatakan ODF, yakni desa Medono, Grugu, Ngasinan, Kaliguwo dan Pucungkerep. Angka ini masih cukup berat untuk ditingkatkan menjadi 100 persen di tahun 2019 atau setidaknya memenuhi target rataan Provinsi Jawa Tengah sebesar 91 persen. Wonosobo sendiri, dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, saat ini menempati posisi ke 34 untuk cakupan ODF. Wonosobo masih lebih sedikit dibandingkan Kabupaten Banjarnegara.
Untuk mempercepat capaian program ini, Kementerian Kesehatan telah meluncurkan aplikasi STBM Smart Sanitarian, yang terhubung dengan website di www.stbm-indonesia.org, dan bisa diupdate melalui hp android oleh para petugas sanitarian, tentang progres capaian sanitasi tiap desa di Wonosobo.
Dewa H.W., fungsional dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mengemukakan, pihaknya gencar melakukan advokasi kepada Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah untuk mempercepat capaian Kabupaten ODF serta Unviersal Access di tahun 2019. yang mana di Jawa Tengah rataannya saat ini sudah 81,21 persen, melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Program ini pada intinya merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, yang mana program ini diarahkan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung (enabling), peningkatan kebutuhan sanitasi (demand), peningkatan penyediaan sanitasi (supply) dan pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah.
0 komentar:
Posting Komentar