Monumen Taman Makam Pahlawan Wirapati Wonosobo
WONOSOBOZONELetnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan nama S. Parman lahir di Wonosobo tahun 1918. Beliau meninggal di Lubang Buaya Jakarta pada tanggal 1 Oktober 1965 saat berumur 47 tahun. 

Parman adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer Indonesia. Ia meninggal dibunuh pada persitiwa Gerakan 30 September dan mendapatkan gelar Letnan Jenderal Anumerta. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Parman merupakan perwira intelijen, sehingga banyak tahu tentang kegiatan PKI. Dia termasuk salah satu di antara para perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Penolakan serta posisinya sebagai pejabat intelijen yang tahu banyak tentang PKI, membuatnya menjadi korban penculikan oleh Resimen Tjakrabirawa yang dipimpin Serma Satar.

Kehidupan pribadi

S. Parman adalah anak keenam dari sebelas bersaudara yang dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1918. Ayahnya bernama Kromodihardjo bekerja sebagai seorang pedagang. S. Parman memiliki seorang kakak laki-laki bernama Ir. Sakirman dimana nanti kakaknya ini akan menjadi petinggi di Politbiro CC PKI.

Meskipun Kromodihardjo hanyalah seorang pedagang di Pasar Wonosobo, dia selalu mengusahakan agar anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Parman menyelesaikan pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School) atau Sekolah Dasar Belanda di Wonosobo. Kemudian dia melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebried Lager Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta. Seharusnya dia setelah lulus, Parman melanjutkan ke AMS (Algemeene Middelbare School) yang setara dengan tingkat SMA namun karena ayahnya meninggal dunia pada tahun 1937 membuat Parman tidak bersekolah hampir dua tahun. parman kemudian membantu ibunya berdagang di Pasar Wonosobo. Setelah menemukan waktu yang tepat, Parman kembali melanjutkan sekolahnya di AMS. Sesuai dengan keinginan ayahnya, Parman kemudian masuk ke Sekolah Tinggi Kedokteran (STOVIA) di Jakarta.

Lagi-lagi sekolah Parman kembali terhambat. Dia tidak bisa menyelesaikan sekolah kedokterannya ini karena invasi Jepang pada tahun 1942. Suatu hari ketika Parman tengah berada di Wonosobo, ia bertemu polisi militer Jepang, Kenpetai yang mengatakan kalau mereka membutuhkan seseorang yang bisa berbahasa Inggris sebagai penerjemah. Mulai saat itu, Parman yang fasih berbahasa Inggris mengikuti Kenpetai hingga ke Yogyakarta. Meski membantu Jepang, rasa nasionalisme Parman tetap tinggi. Ia terus berhubungan dengan teman-temannya yang berjuang diam-diam untuk melawan Jepang. Sekembalinya ke tanah air ia kembali lagi bekerja pada Jawatan Kempeitai.

Karir militer


Taman Makam Pahlawan Wonosobo
Awal kariernya di militer dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu Tentara RI yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulan Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.

Selama Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan melakukan perang gerilya. Pada bulan Desember 1949, ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Salah satu keberhasilannya saat itu adalah membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling. Selanjutnya, pada Maret 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G. Dan setahun kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School.


Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia ditugaskan di Kementerian Pertahanan untuk beberapa lama kemudian diangkat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris pada tahun 1959. Lima tahun berikutnya yakni pada tahun 1964, ia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal.


Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) ini, pengaruh PKI juga sedang marak di Indonesia. Partai Komunis ini merasa dekat dengan Presiden Soekarno dan sebagian rakyat pun sudah terpengaruh. Namun sebagai perwira intelijen, S. Parman sebelumnya sudah banyak mengetahui kegiatan rahasia PKI. Maka ketika PKI mengusulkan agar kaum buruh dan tani dipersenjatai atau yang disebut dengan Angkatan Kelima. Ia bersama sebagian besar Perwira Angkatan Darat lainnya menolak usul yang mengandung maksud tersembunyi itu. Dengan dasar itulah kemudian dirinya dimusuhi oleh PKI. Dan akhirnya pada saat terjadinya peristiwa G30S ,beliau menjadi korban karena termasuk musuh PKI. S.Parman diculik dari rumahnya,dibunuh di Lubang Buaya,dan disembunyikan di sumur Lubang Buaya.


(sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, merdeka.com)

0 komentar:

Eatbox Kitchen Wonosobo

Eatbox Kitchen Wonosobo
Jl. T. Jogonegoro, Funbox Resto Cafe, Lt.2
 
wonosobozone.com © 2015. All Rights Reserved.
Top