WONOSOBOZONE - Tingginya curah hujan di kawasan lereng Gunung Sumbing dalam beberapa hari terakhir membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonosobo bersiaga. Salah satu titik rawan yang telah dipetakan memiliki potensi bencana longsor cukup tinggi di kawasan tersebut adalah Dusun Pager Sampang, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek. Demi mengantisipasi kemungkinan terburuk itulah, pada Kamis (26/11), puluhan personel BPBD bersama unsur TNI dan Polri serta ibu-ibu dari gabungan organisasi Wanita se-Wonosobo mengadakan simulasi penanggulangan bencana. Beberapa warga setempat juga terlibat dalam kegiatan tersebut, agar apabila sewaktu-waktu harus menghadapi kejadian musibah, telah memiliki kesiapan. Selain mengikuti simulasi, peserta kegiatan tersebut juga diajak menanam ratusan batang pohon di lereng bukit Pager Luhur.
Kepala Dusun Pager Sampang, Ahmad Nurwaji mengapresiasi langkah BPBD bersama jajaran TNI-Polri menggelar simulasi tersebut, mengingat saat curah hujan tinggi, warga memang mengakui cukup khawatir akan bahaya longsor. “Kami memang telah bersiaga dan setiap turun hujan selalu ada yang bertugas memantau pergerakan tanah di puncak pager luhur, agar apabila terjadi hal-hal darurat, warga secepatnya bisa mengungsi ke lokasi aman,” terang Ahmad. Jumlah kepala keluarga yang berada di area rawan sendiri, disebutkan Ahmad mencapai 153 KK, dan total warga yang tinggal di Dusun Pager Sampang adalah 686 jiwa. Keseluruhannya, menurut Ahmad telah mendapat sosialisasi mengenai potensi bencana dan siap meninggalkan rumah menuju lokasi pengungsian apabila terjadi longsor setiap saat.
Kondisi perbukitan pager luhur sendiri, dikatakan Danramil Kertek, Kapten Inf Sugeng senantiasa dalam pemantauan. “Di atas bukit sudah terpasang alat EWS (Early Warning System), yang secara akurat mampu menginformasikan data-data pergerakan tanah,” terang Sugeng. Pihaknya sendiri, secara rutin melakukan pemantauan alat, agar diketahui kondisinya apakah baik atau rusak. “Belum lama ini telah kami pantau dan peralatan EWS masih berfungsi dengan baik, termasuk ketika dicek melalui pengiriman SMS, juga masih membalas dengan data-data actual,” lanjut Sugeng. Namun demikian, Sugeng mengaku ia dan jajaran perangkat desa Pagerejo tak lantas bergantung pada EWS saja, dan tetap melakukan pemantauan secara manual dengan naik ke puncak bukit. “Di puncak Pager Luhur ini memang telah terpantau adanya rekahan yang berpotensi menimbulkan longsor apabila tidak diantisipasi dengan langkah-langkah lanjutan,” jelas Sugeng.
Langkah yang dapat diambil, menurut Sugeng adalah dengan membuat jalan air dari puncak, agar tidak menggenang dan membebani tanah. Selain itu, digelarnya simulasi dan penanaman ratusan batang tanaman keras bersama unsur organisasi wanita juga dinilainya strategis. Hal itu diakui pula oleh koordinator SAR Kabupaten Wonosobo, Muhail Efendi. “Kami berharap, keikutsertaan kaum perempuan ini akan meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam penanganan darurat bencana, khususnya ketika mereka harus berhadapan dengan korban-korban sesame perempuan,” pungkas Muhail.
source : wonosobokab.go.id
0 komentar:
Posting Komentar