Kadisdikbudpora Samsul Maarif mengapresiasi hibah 90 Ribu Buku Berjenjang dari USAID Prioritas untuk 150 Sekolah dasar |
WONOSOBOZONE - Hasil
survey Programme For International
Student Assesment (PISA) menyebut kemampuan membaca para pelajar di Indonesia
hanya menduduki peringkat ke 69 dari 79 Negara. Hasil tersebut bahkan lebih
rendah dari Vietnam, yang berada di peringkat ke 12. Menurut Saiful Huda
Shodiq, spesialis pelatihan dari USAID Prioritas Jawa Tengah, kondisi
memprihatinkan tersebut tak lepas dari
kebiasaan orang Indonesia yang lebih senang menonton televisi daripada
membaca buku. “Di Negara dengan minat baca tinggi, rata-rata orang menonton TV
setiap harinya hanya 60 menit, sedangkan di Indonesia rata-rata mencapai 300
menit,” beber Saiful di acara lokakarya buku bacaan berjenjang, Rabu (10/2).
Selain
faktor kebiasaan menonton TV, kurangnya minat baca di kalangan pelajar, menurut
Saiful tak lepas dari masih belum adanya buku yang konsepnya sesuai dengan
kebutuhan siswa. “Solusinya adalah dengan menerbitkan buku bacaan berjenjang,
yang dikonsep sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa,” terang Saiful.
Dengan buku bacaan berjenjang, para siswa akan dilatih membaca sesuai dengan
kemampuan dan peminatan masing-masing. “Bukan berdasar pada jenjang kelas
maupun umur siswa, melainkan lebih kepada kontekstualitas kemampuan setiap
siswa,” lanjut Saiful. Untuk tahap awal, Saiful mengatakan bahwa USAID
Prioritas akan memberikan bantuan sejumlah 90.000 buku untuk 114 SD dan 36
Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Wonosobo. “Masing-masing sekolah akan menerima 600
buku, terdiri dari 6 jenjang mulai dari A sampai F,” beber Saiful. Pelatihan
membaca buku berjenjang,dikatakan Saiful
akan diampu oleh 14 fasilitator dari USAID Prioritas dan dimulai pada
bulan April mendatang.
Hibah
90.000 buku berjenjang oleh USAID Prioritas Jawa Tengah mendapat apresiasi
positif dari Kepala Dinas Pendidikan Budaya Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora),
Samsul Maarif. “Saya berharap para guru di setiap gugus agar mendalami buku
bacaan berjenjang ini, agar nantinya para guru tergugah untuk mengembangkannya
sesuai dengan konteks Wonosobo,” kata Samsul kepada sekitar 50 peserta
lokakarya di Aula Dikbudpora. Penulisan buku bacaan berjenjang atau karya tulis
yang sesuai dengan konteks Wonosobo, disebut Samsul akan menjadi salah satu penilaian
angka kredit (PAK) bagi para guru. “Penulisan buku bisa didasarkan pada
cerita-cerita unik, seperti kebiasaan hidup penduduk atau sejarah Wonosobo,”
tutup Samsul.
0 komentar:
Posting Komentar