WONOSOBOZONE - Status Desa Migran Produktif (Desmigratif) yang disematkan kepada Desa Kuripan, Kecamatan Watumalang mendorong para mantan buruh migran menjadi lebih kreatif dan mandiri. Demi mewujudkan kemandirian, para mantan pahlawan devisa itu terus diberikan pendampingan berupa pelatihan aneka jenis usaha oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI. Hal itu terlihat ketika pada Kamis (1/12), puluhan mantan buruh migran mulai dilatih untuk mengolah potensi pangan lokal dan membatik. Tak tanggung - tanggung, Kemnaker RI melalui Direktorat Bina Produktifitas menugaskan salah satu pakar pengolahan pangan dari Universitas Padjajaran Bandung, untuk melatih mereka.
Estianti Hariyani, Direktur Bina Produktifitas Kemnaker RI yang hadir langsung ke Balai Desa Kuripan untuk memantau pelatihan tersebut, mengakui pihaknya memang sangat serius dalam mengupayakan kemandirian para mantan migran. "Konsep desa migratif ini memang selayaknya didukung banyak pihak terkait, tidak hanya unsur pemerintah saja, tapi juga pihak swasta seperti perbankan maupun telkom," jelas Esti. Para mantan buruh migran, menurutnya layak untuk didampingi agar mereka mampu memanfaatkan potensi-potensi lokal yang ada di sekitar mereka. "Jadi saya sangat apresiatif jajaran Pemerintah Kabupaten Wonosobo ini kompak mendukung upaya kami, bahkan termasuk unsur legislatif pun bersedia hadir untuk memantau langsung pelatihan selama 4 hari ini," tuturnya. Ia berharap, dengan kesungguhan dan keseriusan semua pihak untuk terlibat secara aktif dalam Desmigratif Kuripan, kemandirian para eks migran lebih cepat terwujud.
Dalam acara pembukaan pelatihan di Balai Desa Kuripan itu, unsur Pemkab yang hadir memang terhitung lengkap. Selain Asisten Ekonomi Pembangunan, Amin Suradi, beberapa pejabat dari Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kesehatan, Kantor Koperasi dan UMKM juga terlihat hadir. Tak hanya itu, empat anggota legislatif dari Komisi A dan Komisi D, juga tampak ikut memantau pelatihan. Ketua Komisi A, Suwondo Yudhistiro di sela pemantauan menyebut upaya pemerintah melalui program Desmigratif ini selayaknya benar-benar dimanfaatkan secara optimal, khususnya dalam hal pengolahan pangan lokal. Selama ini, menurutnya banyak potensi pangan lokal yang tak terolah dengan baik. "Contoh nya singkong asli Kuripan, yang harga per kilo hanya Rp. 1.000,- sampai Rp. 1.500,- setelah diolah di luar bisa menjadi Rp. 28.000,- per kilo nya," tandas Suwondo.
Senada, Asisten II Sekda, Amin Suradi juga berharap agar para eks migran di Kuripan bersedia lebih serius dalam mengikuti pelatihan. "Upaya ini selain akan menumbuhkan wirausahawan baru, juga demi mencegah agar warga masyarakat Wonosobo tak lagi tergiur ke Luar Negeri untuk bekerja," ungkap Amin. Pemda, ditegaskan Amin juga akan sinergis mendukung dan mendorong agar para eks TKI, khususnya di Kuripan mampu tampil menjadi contoh bagi desa-desa lainnya di Wonosobo.
0 komentar:
Posting Komentar