WONOSOBOZONE - Melanjutkan studi serta memperoleh pekerjaan yang menjanjikan di negeri orang, nyatanya tidak membuat Amar Kusuma lupa dengan tanah kelahirannya. Justru, ia bercita-cita ingin mencari ilmu sebanyak-banyaknya di negeri orang, agar dapat pulang dengan membawa ilmu di bidang energi terbarukan. Siapa sangka, orang hebat ini adalah salah satu kawan kita dari Wonosobo.
Amar Kusuma, atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Amar, lahir pada tanggal 27 Maret 23 tahun yang lalu. pemuda yang memiliki kegemaran travel dan musik ini merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Slamet Widodo dan Ibu Siti Widiyanti. Kedua orang tua Amar berprofesi sebagai guru SMP, oleh karenanya, tidaklah heran jika bagi Amar, pendidikan adalah hal yang pokok untuk diperjuangkan. Setelah menamatkan pendidikannya di SD 1 dan SD 5 Wonosobo serta SMP 1 Wonosobo, Amar melanjutkan pendidikan di SMA Taruna Nusantara, Magelang.
Disana pulalah ia menemukan keasyikan dalam mempelajari bidang astronomi. Tidaklah heran, pada tahun 2008, ia meraih medali emas dalam International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA). Bukti kecerdasannya ini pulalah yang memudahkan jalannya untuk melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University, Singapura.
Disana pulalah ia menemukan keasyikan dalam mempelajari bidang astronomi. Tidaklah heran, pada tahun 2008, ia meraih medali emas dalam International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA). Bukti kecerdasannya ini pulalah yang memudahkan jalannya untuk melanjutkan pendidikan di Nanyang Technological University, Singapura.
Selepas kuliah, Amar memutuskan untuk tetap tinggal di Singapura dan bekerja sebagai Process Engineer di REC SOLAR, yatu sebuah perusahaan yang memproduksi sel surya untuk pembangkit listrik tenaga matahari. Sebagai seorang Process Engineer, Amar bertugas untuk mengawasi performa produksi di perusahaan, menganalisa mesin yang mengalami penurunan performa, serta melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil produksi. Menempati jabatan yang menjanjikan di negeri orang nyatanya tidak membuat Amar ingin berhenti. Justru target selanjutnya yang ingin dicapai adalah mencari studi lanjutan untuk pascasarjana, dan akhirnya pulang ke Indonesia dengan membawa ilmu di bidang energi terbarukan. Merujuk pada pepatah kacang lupa kulitnya, maka Amar ibarat kacang yang selalu ingat kulitnya, meskipun sudah hidup enak di negeri orang.
Lama tinggal di Singapura tentu membantu Amar mengetahui seluk-beluk kehidupan di Singapura. Sisi positifnya, tinggal di Singapura mengajarkannya untuk disiplin dan tepat waktu, apalagi warga Singapura terkenal sangat kompetitif, sehingga diperlukan kerja keras dan ketekunan agar tidak tertinggal. Meskipun demikian, seringkali Amar merasa kurang nyaman dengan kecenderungan masyarakat Singapura yang individualis. Selain itu, rasa rindu terhadap keluarga juga sering menghampirinya, karena jarak yang cukup jauh dan kesibukan menyebabkan Amar jarang bertemu dengan keluarganya. Hal lain yang juga sering membuatnya kangen adalah makanan Indonesia, yang baginya tidak bisa dikalahkan dengan makanan enak dari Singapura sekalipun.
Dua puluh tiga tahun menjalani kehidupan di dunia, Amar menyadari bahwa tidak ada yang ideal di kehidupan nyata, oleh karenanya ia selalu berusaha untuk menyiapkan rencana untuk kemungkinan terburuk tersebut. Selain itu, Anwar juga berusaha untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Karena baginya, dengan mensyukuri apa yang didapat, hidup akan menjadi lebih bahagia. Amar juga berpesan, bagi teman-teman yang sedang mengejar cita-cita, untuk selalu ingat bahwa apa yang kita usahakan adalah untuk dapat hidup bahagia dengan orang yang kita sayangi. Oleh karenanya jangan pernah melupakan tujuan itu. Akan percuma jika kita bekerja keras dan akhirnya kehilangan keluarga dan teman, karena merekalah orang terdekat yang akan membantu kita, ketika jabatan atau pekerjaan tidak membantu kita lagi. (Agnes)
Baca juga: Amar Kusuma, Anak Klesman yang Mendunia
Source: wonosobomuda.com
2 komentar:
tetangga saya ini. terakhir ketemu pas masih SD. dulu suka maen ke rumah. temen sekelas adik saya soalnya. ranking satu terus dia dulu. padahal di SD Unggulan. lama nggak ketemu eh sekarang sudah jadi orang hebat. keren mas Amar. jangan lupakan kampung halaman.
Mas Firdaus Laili @ Kami sudah melihat blog anda, isinya bagus, terutama artikel tentang perjalanan/perjuangan saat jadi guru pengajar di Kalimantan.
Boleh kami minta artikel perjalanan anda saat jadi guru relawan di garis terdepan Indonesia.
Artikel nanti kami post di wonosobozone.com dan wonosobomuda.com sebagai inspirasi kawula muda wonosobo :D
Artikel bisa dikirim ke email redaksi@wonosobozone.com #Maturnuhun
Posting Komentar