WONOSOBOZONE - Mispan alias Botok, pria 40 tahun dari Dusun Kawesta, Desa Adiwarno Kecamatan Selomerto sudah hampir 15 tahun ini terpaksa menjalani kehidupan yang begitu memprihatinkan.
Setelah ayahnya Reja Pawira meninggal pada 2001, Mispan yang semula hidup normal mendadak tak bisa berjalan secara normal. Menurut Miskem, kakak sepupu Mispan yang sehari-hari berusaha memberikan perhatian ala kadarnya, Botok tak mampu berjalan karena terjatuh. Mispan pun mengakui ia menjadi kesulitan berjalan setelah kecelakaan tersebut, dan karena keterbatasan ekonomi, tak mampu berobat untuk kesembuhan penyakitnya.
Kini, meski hanya untuk sekedar buang air pun Mispan harus melakukannya di dalam rumah sempit yang ditempatinya seorang diri. Tak ayal, ketika Handayani, anggota komisi D DPRD Kabupaten Wonosobo Handayani datang berkunjung pada Kamis (3/3), bau tak sedap langsung menyambut.
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Selomerto, Tri Astuti menyebut pihaknya kesulitan memberikan pendampingan kepada Mispan karena yang bersangkutan ternyata tak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) resmi. Kondisi tersebut, menurut kepala dusun Kawesta, Adi Purnomo terjadi lantaran Mispan kehilangan Kartu Keluarga, serta kondisi tubuhnya membuat ia tak bisa hadir ke Kecamatan untuk rekam ulang data kependudukan.
"Pak Botok ini memang seharusnya juga menjalani rekam data untuk e-KTP, tapi mengingat ketidakmampuannya berjalan, akhirnya ia tak bisa memiliki identitas resmi,” tutur Adi. Pihak desa, dikatakan Adi juga tak menutup mata dengan kondisi Botok, dan pernah berupaya membantu Mispan, termasuk membangun rumah agar lebih layak huni berdinding permanen. Sehari-hari, warga sekitar juga biasa membantu memberi makan sekedarnya atau uang meski tak banyak.
“Sebelumnya rumah berukuran sekitar 20 meter persegi ini hanya berdinding bambu, lalu warga membantu membangunnya hingga kini lebih bersih,” lanjut Adi. Mispan, disebut Adi sebenarnya juga masih bisa berjalan, meski harus dengan sedikit terhuyung dan berkali-kali terjatuh, Mispan sering berusaha untuk berjalan di sekitar kampung. “Hanya saja, tujuan Mispan keluar rumah diketahui warga adalah untuk membeli obat pembasmi serangga,” beber Adi.
Mispan memang beberapa kali dipergoki warga sekitar berusaha bunuh diri dengan menenggak racun serangga.Menyaksikan kondisi Botok, anggota komisi D, Handayani mengaku sangat prihatin. Politisi perempuan asal partai Nasdem tersebut menyebut pentingnya kehadiran pemerintah untuk membantu Mispan.
"Saya kesini karena ada laporan masuk dari warga, dan ternyata memang benar kondisi pak Botok sungguh memerlukan penanganan secepatnya,” kata Handayani. Setelah melihat langsung keadaan Botok, Yani mengaku akan secepatnya berkoordinasi dengan Bagian Sosial dan Kesra Setda agar ada penanganan tepat. “Harus segera ditangani karena kondisi di rumah pak Botok ini sudah sangat tidak sehat dan bisa membawa dampak tidak baik juga untuk lingkungan di sekitarnya,” pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar