WONOSOBOZONE - Sebuah acara inspiratif diselenggarakan di Kecamatan Kejajar. Bersamaan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71, Kecamatan yang memangku sebagian kawasan dataran tinggi Dieng itu menggelar acara Kejajar Award. Sebuah acara yang diisi dengan penganugerahan penghargaan kepada warga berprestasi dan dinilai mampu berperan sebagai teladan, serta memberi kemanfaatan bagi masyarakat di sekitar mereka. Lebih dari 80 orang dinyatakan berhak menerima penghargaan yang ditujukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar saling menghargai dan saling menghormati kepada sesama tersebut.
Ketua LSM Bhineka Karya, Tafrihan yang bersama paguyuban Kades - Sekdes dan Pemerintah Kecamatan Kejajar membidani lahirnya Kejajar Award, menyebut ide awal pemberian penghargaan bagi warga berprestasi adalah agar warga tak hanyut dalam kebiasaan buruk, saling mencela dan merendahkan kepada sesamanya. "Sejak tiga bulan lalu kami intens berdiskusi dengan paguyuban Kades dan Sekdes untuk mewujudkan ide tersebut, karena kami prihatin selama ini banyak orang yang lebih nyaman dengan mencela, dengan saling merendahkan," tutur pria yang juga aktivis HAM itu. Ia lalu mencontoh bentuk saling mencela itu seperti santri yang dari pesantren merendahkan yang lulusan perguruan tinggi, yang sudah sekolah merendahkan yang tidak sekolah dan demikian pula sebaliknya. Hal itu, menurutnya tak bisa dibiarkan karena pada hakikatnya, mereka semua saling membutuhkan dan justru berpotensi untuk saling menguatkan satu sama lain.
Lahirnya Kejajar Award kemudian dinilai strategis untuk menghapus kebiasaan negatif tersebut, demi menyadarkan bahwa di sekeliling mereka banyak manusia yang dengan tulus ikhlas mendarma baktikan jiwa dan raganya untuk sesama. "Ada seorang ketua RT yang sangat telaten dan cekatan dalam mengatasi permasalahan warga, ada Kepala desa yang sukses memelihara kerukunan umat beragama, ada Kades yang sangat keren dalam membuat perencanaan Desa dan sangat transparan dalam pengelolaan keuangan desa, ada juga ustadz yang tanpa bayaran sepeserpun tapi sangat tekun mendidik anak-anak dengan bekal Akhlakul Karimah," beber Tafrihan. Orang-orang teladan tersebut menurutnya minim penghargaan, atau bahkan sekedar perhatian, padahal jasa mereka sangat berharga untuk masa depan. "Mereka layak digelari Pahlawan meski masih hidup, karena kontribusi yang diberikan memang nyata manfaatnya," pungkasnya.
Acara yang juga dihadiri Wakil Bupati, Agus Subagiyo tersebut, menurut Camat Kejajar akan diupayakan untuk bisa digelar secara rutin. "Ini menjadi Kejajar Award pertama, dan ke depan kita semua berharap agar bisa digelar dengan kemasan yang lebih baik lagi, dan dengan jumlah penerimanya juga lebih banyak lagi," jelas Supriyadi. Untuk Kejajar Award berikutnya, Supri berharap warga masyarakat bisa memilih warga teladan melalui polling, sehingga para penerima penghargaan adalah benar-benar yang menjadi pilihan warga.
Wakil Bupati, Agus Subagiyo pun mengakui acara Kejajar Award merupakan langkah maju dan layak diapresiasi tinggi. "Salut dan apresiasi setinggi-tingginya untuk semua pihak yang berinisiatif menyelenggarakan Kejajar Award ini, karena bisa jadi yang pertama di dunia, sebuah acara penghargaan digelar di Kecamatan" tandas Wabup seusai menyerahkan penghargaan kepada para penerima. Kepada para penerima penghargaan, Wabup juga berharap mereka terus menunjukkan keteladanan dengan karya dan kiprah nyata penuh manfaat, demi kemajuan Wonosobo dan kesejahteraan warga masyarakat di sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar