Foto: |
WONOSOBOZONE - Kebiasaan para
pramuwisata yang selama ini kerap memberikan prioritas layanan kepada turis
asing selayaknya berubah. Seiring semakin banyaknya kunjungan wisatawan
domestik ke beberapa objek wisata, para tour guide pun perlu memperhatikan
kebutuhan mereka. “Dewasa ini para pengunjung objek wisata banyak pula yang
merupakan backpacker, istilah yang
biasa disematkan kepada turis lokal dengan bekal financial terbatas,” terang
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Wonosobo, Salim Bawazier di depan 30
peserta pelatihan guide lokal, Senin
(18/1). Para backpacker tersebut, dikatakan Salim merupakan pasar potensial
untuk diberikan layanan pemanduan ke berbagai objek wisata, dan tak menutup
kemungkinan bisa memberikan tambahan penghasilan yang memadai.
Mengingat terbukanya
pasar dari kalangan turis backpacker itulah, Salim menilai adanya pelatihan
bagi para calon guide lokal yang digelar HPI Wonosobo menjadi sangat penting
dan memiliki nilai strategis. “Dengan mengikuti pelatihan selama 6 hari ini,
calon-calon pramuwisata akan lebih percaya diri dalam menjalankan
tugas-tugasnya kelak, termasuk bagaimana menangani turis-turis lokal kategori
backpackers,” jelas Salim. Beberapa materi yang akan diberikan kepada para
peserta selama pelatihan, disebut Salim meliputi kesejarahan objek wisata,
etika guiding, bahasa inggris, konservasi alam, pertolongan pertama pada
kecelakaan, sampai praktek guiding di Dieng. Materi-materi tersebut menurut
Salim akan disampaikan oleh para mentor berpengelaman di bidang mereka
masing-masing.
Pentingnya para tour
guide lokal dalam meningkatkan kualitas layanan juga dikatakan oleh Agus
Tjugianto, mantan tour guide professional yang kini juga masih berkecimpung
dalam industri kepariwisataan Wonosobo. Agus yang kini menjadi pengelola hotel
dan rumah makan tersebut menuturkan bahwa seiring berkembangnya zaman, tuntutan
terhadap profesionalitas seorang pramuwisata pun tentu semakin meningkat.
“Keterampilan yang harus dimiliki seorang guide juga sepatutnya semakin
lengkap, tak sekedar dalam hal bahasa maupun pengetahuan tentang detail objek
wisata,” beber Agus. Agus menilai penting kemampuan seorang pramuwisata dalam
memberikan pelayanan berdasar kode etik yang sesuai kesepakatan bersama. Bahkan seiring munculnya potensi kerawanan di
beberapa objek wisata, Agus meminta agar para guide lokal Wonosobo pun memiliki
bekal pemahaman akan bencana dan penanganan terhadap korban.
Senada, Kepala
Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Agus Purnomo juga melihat adanya
inisiatif HPI Wonosobo untuk melatih para calon pramuwisata layak mendapat
apresiasi. “Kebutuhan pramuwisata di Wonosobo masih cukup tinggi, mengingat
saat ini kami tengah berupaya keras membuka banyak destinasi wisata baru berbasis
desa,” jelas Agus. Ke depan, para guide juga akan dituntut untuk memiliki
keterampilan dan kesantunan lebih dalam melayani wisatawan, karena kawasan
Dieng tengah direncanakan untuk penataan secara menyeluruh. “Pemerintah telah
memiliki grand design masa depan Dataran Tinggi Dieng, sehingga kelak wisatawan
yang berkunjung tak sekedar disuguhi keindahan panorama saja,” pungkas Agus.
0 komentar:
Posting Komentar