Warga masyarakat berlarian menghindari kejaran pasukan penjajah belanda |
WONOSOBOZONE - Ribuan warga
masyarakat yang memadati alun-alun Kota Wonosobo untuk menyaksikan upacara
bendera memperingati Hari Ulang Tahun ke-70 Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia dibuat terpukau. Sebuah drama kolosal yang mengisahkan perjuangan
berat Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam menjalani perlawanan terhadap
penjajah Belanda dipentaskan, dengan sangat apik seusai upacara, sehingga
membuat hampir semua penonton yang tadinya berada di pinggir lapangan
mengahambur ke arah tengah demi melihat lebih dekat. Suara music latar diiringi
dentuman suara bom dan rentetan senjata seolah-olah membawa waktu ke masa-masa
perjuangan mengusir penjajah, 70 tahun silam.
Drama kolosal yang
disutradai Bambang Triyono SE tersebut memang menggambarkan bagaimana situasi
dan kondisi bangsa, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan oleh
Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Warga masyarakat yang dilukiskan bersuka
cita dengan kemerdekaan Indonesia dibuat kembali was-was ketika pasukan
penjajah Belanda masih terus berupaya menancapkan kuku kekuasaan di NKRI.
Perlawanan pun bergelora di mana-mana, dengan salah satu motornya adalah Sang
Jenderal Besar, Sudirman. Digambarkan dalam kondisi payah karena sakit
paru-paru yang menggerogoti fisiknya, Jenderal Sudirman tetap mengobarkan
semangat rakyat untuk melawan penjajah. Meski harus bergerilya dengan berada di
atas tandu, Sudirman pantang menyerah, dan tetap menyusun strategi untuk
melumpuhkan pasukan Belanda. Perang yang berkobar di mana-mana, digambarkan
oleh para pemain dengan sangat memukau.
Sri Mulyani, salah
satu seniwati tari yang turut mengambil peran sebagai salah satu pemain bahkan
mengaku sempat terjatuh dan mengalami luka di dahinya. “Sempat keluar darah
segar juga, tapi tidak sampai parah, sehingga tetap melanjutkan peran sampai
akhir”, jelas guru tari yang selalu enerjik tersebut ketika ditemui seusai
pentas. Menurut perempuan yang akrab dengan sapaan Bu Mul tersebut, gagasan untuk
mementaskan drama kolosal Panglima Besar Sudirman muncul, dengan niatan untuk
mengingatkan kembali betapa beratnya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Kita berharap, dengan sajian drama
mengenai Panglima Besar Sudirman ini, masyarakat, terutama para generasi muda
Wonosobo tergugah untuk berperan dan berkontribusi secara lebih aktif untuk
mengisi kemerdekaan”, tutur Sri Mulyani.
Senada, sutradara
drama, Bambang Triyono SE pun mengungkap bahwa misinya mempersembahkan
“Perjuangan Sudirman” adalah untuk mengobarkan semangat generasi muda.
“Generasi muda jaman sekarang harus paham bahwa perjuangan merebut NKRI dari
jajahan Belanda sungguh tidak mudah, terlebih untuk mempertahankannya”, terang
salah satu pejabat di Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut.
Pertunjukan drama yang menggandeng pula seniman seniwati dan para pelajar dari
beberapa sekolah di Wonosobo itu, dikatakan Bambang juga demi menunjukkan bahwa
Wonosobo memiliki potensi seni yang layak untuk dikembangkan.
0 komentar:
Posting Komentar