WONOSOBOZONE - Pesona keindahan alam Dataran Tinggi Dieng tak sepenuhnya membahagiakan orang yang melihat. Bagi para penggiat lingkungan dan ilmuwan, kondisi dataran yang terletak di ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut tersebut justru dianggap sangat mengkhawatirkan. “Dataran Tinggi Dieng rusak sangat parah, karena lapisan tanahnya sudah sangat tipis, sehingga sangat berbahaya dan rentan terhadap bencana tanah longsor maupun banjir”, ungkap Professor Moure Vanacht, seorang konsultan bisnis asal Amerika yang pada Kamis (6/8) diajak kunjungan lapangan (field trip) ke Dieng oleh Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.

Seusai acara ramah tamah dengan Bupati di Agrowisata Tambi Kejajar, Vanacht menerangkan, bahwa hasil field trip ke Dieng, selain untuk mengunjungi sentra pembuatan Carica di Desa Patak Banteng, juga digunakannya untuk melihat secara langsung kondisi dataran yang kini masyhur sebagai destinasi wisata kelas dunia tersebut. “Kita melihat langsung project UPN Yogyakarta yang berupaya membina para petani kentang agar bisa beralih pada Agro Industri Carica, serta diberi kesempatan untuk melihat langsung kondisi Dieng saat ini”, jelas Vanacht. Setelah meilhat secara langsung beberapa tempat di Dieng, Vanacht mengakui, situasi Dieng kini sudah sangat berbahaya dan harus menjadi prioritas untuk diselamatkan. “Berbahaya sekali, karena lapisan tanahnya sudah begitu tipis, sehingga tak mampu menahan air, dan bila sewaktu-waktu terjadi hujan akan sangat rawan banjir”, tambah konsultan bisnis dari St Louis, Missouri, Amerika Serikat tersebut.

Untuk menanggulangi dampak bencana, Vanacht berpendapat agar masyarakat Dieng tak lagi meneruskan model penanaman kentang monokultur. “Sebaiknya dimulai diversifikasi pertanian, karena semua model monokultur pertanian di setiap tempat selalu berakibat buruk bagi lingkungan di sekitarnya”, harap Vanacht. Selain itu, upaya penyelamatan air tanah di Dataran Tinggi Dieng juga perlu menjadi pemikiran. “Air di dataran Tinggi Dieng menjadi tumpuan bagi daerah di bawahnya, sehingga akan berdampak serius bagi kehidupan manusia bila sampai tak terselamatkan”, pungkas Vanacht.

Bupati Wonosobo, HA Kholiq Arif sendiri mengakui, bahwa kondisi Dataran Tinggi Dieng memang memerlukan perhatian serius. “Sejak era pergantian pimpinan Nasional pada masa Reformasi, kondisi Dieng memang berubah secara drastis, karena banyak lahan perhutani beralih fungsi menjadi lahan pertanian, khususnya kentang”, jelas Kholiq. Namun, Pemerintah disebut Kholiq juga telah berupaya untuk menanggulangi kerusakan Dieng. “Kita memiliki tim kerja pemulihan Dieng (TKPD) yang sampai saat ini terus bekerja untuk memperbaiki dataran Tinggi Dieng”, jelas Kholiq kepada para peserta field Trip lintas Negara tersebut. Upaya memperbaiki Dieng, dikatakan Bupati juga dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi. “UPN Yogyakarta termasuk salah satu yang kita gandeng untuk bersama-sama memulihkan Dieng”, jelas Kholiq.

Pernyataan Bupati tersebut dibenarkan Dekan Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta, Partoyo PHd. Menurut Partoyo, ajakan kepada para petani Dieng untuk mulai mengalihkan perhatian kepada tanaman Carica, serta mengolahnya menjadi aneka produk kuliner bernilai ekonomi tinggi, menjadi salah satu wujud nyata pihaknya memperbaiki Dieng. “Kami mengajak beberapa peneliti asing yang turut berpartisipasi dalam “The Second International Conference on Green Agro Industry”, agar lebih mengenali Dieng dari dekat. Beberapa peneliti yang turut serta dalam field Trip selain Moure Vanacht dari Amerika, menurut Partoyo adalah Gloria Deland an Wilma C Giango dari Cebu Interational University Philipina, DR Iin Handayani dari Murray State University Kentucky, Amerika Serikat, dan Sakae Shibusiawa dari Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang.

Moure Vanacht berdialog dengan salah satu petani Carica di Desa Patakbanteng

0 komentar:

Eatbox Kitchen Wonosobo

Eatbox Kitchen Wonosobo
Jl. T. Jogonegoro, Funbox Resto Cafe, Lt.2
 
wonosobozone.com © 2015. All Rights Reserved.
Top