WONOSOBOZONE - Kabupaten Wonosobo terletak di Provinsi Jawa Tengah. Keberadaan Wonosobo sebagai tempat pemukiman dan pemerintahan berawal pada masa Hindu Budha. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peninggalan arkeologi di kawasan Dieng yang merupakan kawasan candi yang digunakan oleh penguasa dan masyarakat Jawa Kuno sebagai tempat peribadatan agama Hindu sejak abad VIII.
Kabupaten Wonosobo pernah dibawah kekuasaan negara lain, yaitu Belanda dan Jepang pada masa penjajahan. Pada masa Perang Diponegoro (1825-1830), Wonosobo merupakan salah satu medan pertempuran yang penting. Sejarah panjang tentang Wonosobo dapat dilihat dari banyaknya bangunan bernilai historis peninggalan jaman dulu dengan ciri khas yang berkembang di masanya.
Sejarah panjang Wonosobo meninggalkan banyak bangunan yang bernilai historis di Wonosobo. Saat ini, banyak bangunan tersebut berfungsi sebagai sekolah hingga kantor pemerintahan dengan tetap mempertahankan ciri khas bangunannya. Beberapa diantaranya adalah :
1. Gedung SMP N 1 Wonosobo
Bagi kalian yang merupakan alumnus SMP N 1 Wonosobo pasti sudah tau jika bangunan lama SMP N 1 Wonosobo berada di dua sayap, yakni sayap utara dan selatan. Sayap utara terletak di dekat Alun-Alun Wonosobo, sedangkan sayap selatan terletak dekat dengan RSUD Setjonegoro.
Bangunan SMP N 1 Wonosobo seperti yang kita lihat memiliki ciri khas bangunan Belanda, dengan jendela dan pintunya yang besar. Tahun 1912 bangunan ini pernah dijadikan asrama Belanda dan 1946 digunakan sebagai sekolah. Seiring berjalannya waktu, bangunan ini sekarang sudah mengalami renovasi dan penambahan bangunan.
2. Gedung SD N 1 dan 4 Wonosobo
Selain gedung SMP N 1 Wonosobo yang merupakan bangunan Belanda, gedung SD N 1 dan 4 Wonosobo juga memiliki ciri khas bangunan Belanda. Bangunan SD N 1 Wonosobo didirikan pada tahun 1911. Bangunan ini digunakan sebagai sekolah pribumi berbahasa Belanda yang berkurikulum tujuh tahun. Bangunan ini kini sudah mengalami renovasi.
3. Paseban Alun-Alun Wonosobo
Alun-Alun Wonosobo merupakan tempat populer muda-mudi untuk nongkrong. Pada hari minggu, Alun-Alun Wonosobo akan dipenuhi pedagang dan masyarakat yang ingin berolahraga atau sekedar berbelanja.
Alun-Alun Wonosobo berada di depan Kantor Bupati Wonosobo dan merupakan bagian dari kota Wonosobo. Seperti yang kita tahu, Alun-Alun Wonosobo memiliki paseban di sudut barat dan timur yang memiliki ciri bangunan khas.
4. Gedung SLB-B Don Bosco dan Dena Upakara
Selanjutnya ada Gedung SLB-B Don Bosco dan Dena Upakara. Seperti yang kita tahu, SLB B merupakan sekolah khusus bagi siswa tunarungu. Pada awalnya, para Suster Putri Maria dan Yosef telah membuka sekolah Dena Upakara di Jalan Mangli Wonosobo. Setelah situasi membaik pasca perang dunia II, dengan bekerja sama dengan Bruder Karitas, mereka membuka sekolah khusus tunarungu pada tahun 1953.
Akhirnya, tahun 1953 dibukalah lembaga khusus tunarungu bagian putera yaitu Don Bosco, yang terletak di Jalan Sambek No. 33 Wonosobo. Sedangkan Dena Upakara digunakan untuk mendidik anak tunarungu puteri di Jalan Mangli Wonosobo. SLB-B ini menggunakan metode pengajaran yang diambil dari ahli pendidikan tunarungu yaitu Dr. Van Uden. Hingga kini, siswa SLB-B Don Bosco dan Dena Upakara telah mencetak banyak prestasi diberbagai bidang.
Bangunan-bangunan diatas merupakan sebagian kecil dari banyaknya bangunan lama yang ada di Wonosobo. Tentunya masih banyak lagi bangunan bernilai historis yang belum saya bahas pada tulisan ini. Tapi inti dari tulisan ini adalah, bangunan-bangunan tersebut memiliki nilai historis yang menjadi saksi kemerdekaan bangsa Indonesia. Sudah sepatutnya kita sebagai masyarakat Indonesia bisa menghargai bangunan-bangunan bernilai historis tersebut dengan tetap mempertahankan keaslian bangunannya, dan tidak melakukan perusakan atau aksi vandalisme. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai pahlawannya. Salah satu cara menghargai jasa pahlawan adalah dengan menghargai bangunan bernilai historis yang ada di lingkungan kita.
Artikel ini diikut sertakan dalam #NJFWonosobo2015
Pengirim: Andina Puspasari Widyaningrum
0 komentar:
Posting Komentar