tni au masalah mesin dan antena liar penyebab hercules c 130 jatuh |
Awak Pesawat
Penerbang I Kapten Pnb Sandy Permana
Penerbang II Lettu Pnb Pandu Setiawan dan Lettu Pnb Dian Sukma
Navigator Kapt Nav Riri Setiawan
Juru Radio Udara Serma Bambang H
Juru Mesin Peltu Ibnu Kohar dan Pelda Andik S
Juru Mesin Udara II Pelda Parijo
Instruktur Load Master Peltu Ngadiman
Instruktur Load Master II Peltu Yahya Koman dan Pelda Agus P
Ekstra Crew Prada Afrian
TNI
Pratu Warsito, Utusan Lanud Soewondo
Serda Ando Dendi Prasto, Satrad 212
Sertu Irianto Silli, Paskhas 462/RSN
Serda Sugianto, Paskhas 462/RSN
Kopda Mujiman, Paskhas 462/RSN
Kopda Sarianto, Paskhas 462/RSN
Kopda Dani Setyo, Paskhas 462/RSN
Kopda Ena Ageng, Paskhas 462/RSN
Pratu Sepridoni, Paskhas 462/RSN
Pratu Warsianto, Paskhas 462/RSN
Pratu Rudi Hariono, Paskhas 462/RSN
Pratu Ardianto W, Paskhas 462/RSN
Lettu Tek Rachmad S, Lanud Halim Perdanakusuma (HLM)
Serka Kaliman, Lanud Halim Perdanakusuma (HLM)
Serka Sutrisno, Lanud Halim Perdanakusuma (HLM)
Sertu Aang Subarya, Lanud Halim Perdanakusuma (HLM)
Serda Syamsir W, Lanud Halim Perdanakusuma (HLM)
Peltu (Purn) Muliono, Lanud Halim Perdanakusuma (HLM)
Letda Kal Bayu Perdana , Lanud HLM
Letda Kal Agus Sriyadi, Lanud HLM
Serda Agung, Lanud HLM
Serka Lutfi, Penerbad/ Lanud HLM
Serda Joko, Penerbad/ Lanud HLM
Serda Nofik, Penerbad/ Lanud HLM
Serda Sri Febdri, Penerbad/ Lanud HLM
Lettu Cpm Heri Saputro , enerbad Soewondo
Serda Ainul Abidin, Kodim 0318/RSN
NB: Militer TNI AU 33 orang dan 6 orang TNI AD
Sipil
1. Aisyah, Istri dari Pelda Surizal Lubis
2. Arika , Anak dari Pelda Surizal Lubis
3. Melita, Anak dari Pelda Surizal Lubis
4. Zupan, Anak dari Pelda Surizal Lubis
5. Yulyani Verawati, Istri Praka Dedi/Kodim
6. Anak Usia 4 Thn, Anak Praka Dedi/Kodim
7. Tarlin Sinaga, Ibu Pratu Syamsul/Koramil
8. Ester Yosephine Sihombing, Anak Serda Sahat Sihombing/Koramil
9. Rita Yunita Sihombing, Anak Serda Sahat Sihombing/Koramil
10. Adelina Tobing, Istri Alm Sertu Sipayung/TNI AD
11. Nurmala M Sipayung, Anak Alm Sertu Sipayung/TNI AD
12. Monang Saut Situmorang, Keluarga Mayor Kal Fran/Lanud Soewondo
13. Jarimun Simurat, Keluarga Mayor Kal Fran/Lanud Soewondo
14. Sahat Simurat, Keluarga Mayor Kal Fran/Lanud Soewondo
15. Frislin Sitanggang, Keluarga Mayor Kal Fran/Lanud Soewondo
16. Ivan Ganda T Situmorang, Keluarga Mayor Kal Fran/Lanud Soewondo
17. Risma br Purba, Keluarga Pelda Saparuddin/Lanud Soewondo
18. Irma Anggrani, Keluarga Pelda Saparuddin/Lanud Soewondo
19. Sahat Sinaga, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
20. Rasian Purba, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
21. Ayrine M Sinaga, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
22. Like Simbolon, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
23. Agus Salim, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
24. TBR Hutagalung, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
25. Eka Purnamasari, Keluarga Serka N Pasaribu/Lanud Soewondo
26. Indriayana Siahaan, Keluarga Prada Agung Tarigan/Lanud Soewondo
27. Novitasari Manalu, Keluarga Prada Agung Tarigan/Lanud Soewondo
28. Jonathan, Anak Prada Agung Tarigan/Lanud Soewondo
29. Azzura, Keluarga Kol Sus Aminul Hakim/RSN
30. Arjuna, Keluarga Kol Sus Aminul Hakim/RSN
31. Azfira, Keluarga Kol Sus Aminul Hakim/RSN
32. Marlis, Keluarga Serka Yuswandi/RSN
33. Siti Halimah, Keluarga Serka Yuswandi/RSN
34. Intan Ari S, Istri Serka Yuswandi/RSN
35. Sahra, Anak Serka Yuswandi/RSN
36. Nahya Syfa, Anak Serka Yuswandi/RSN
37. Musawir
38. Urais Sri Rahmadani
39. Kakminto
40. Alfin Syahroni
41. Sari’ah
42. Lusianti Rianie
43. Biasmil
44. Rosmiati
45. Elfina Agnes Rumbambie : -
46. Selfi Martian
47. Bobbi Candra
48. Anggi
49. M Nasir
50. Sugiono
51. Roslinawati
52. Okto Darmizon
53. Rubianto
54. Defri
55. Wahyu Rizki Syahputra
56. Anand Andika Fitra
57. Rezky Budy Prakasa
58. Renaldi
59. Wan Despita
60. Tri Astuti Indah Sari, Istri Ainul Abidin
61. Rizki Putri Rahmadani, Anak Ainul Abidin
62. M Arif Wicaksono, Anak Ainul Abidin
63. Rully S, Keluarga Lettu Pnb Andi Sihotang/RSN
64. Renny S, Keluarga Lettu Pnb Andi Sihotang/RSN
65. Honorer Arifin Suharno
66. Rusty
67. Nurhalimah
68. Halimah Ros Rosita, Keluarga Kapt Tek Rafin/Lanud HLM
69. Sufiyah
70. AA Perdana, Keluarga Sertu Alm Kusno
71. Sanda BA
72. Enny B. S
73. Bhakti Nugraha, Keluarga Lettu Pnb Aries/Lanud HLM
74. Ananda Putri, Anak Lettu Pnb Aries/Lanud HLM
75. William Habie Zahry, Keluarga Mayor Pron Fanny PH/Lanud HLM
76. Junita, Keluarga Serda Amir/Lanud HLM
77. Wildan, Keluarga Serda Amir/Lanud HLM
78. Arniati, Istri Pelda Budi W/Lanud HLM
79. Lenardo, Anak Pelda Budi W/Lanud HLM
80. Revaldo, Anak Pelda Budi W/Lanud HLM
81. Messiliano, Anak Pelda Budi W/Lanud HLM
82. Anjar, Keluarga Pelda Endang/Lanud HLM
83. Gelvin
Sumber: TNI AU
Data Jumlah Korban Mana yang Benar?
MEDAN - Hingga kemarin penyebab jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI-AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa siang (30/6), masih teka-teki.
Sejauh ini, dugaan yang berkembang dari petinggi TNI dan pengamat penerbangan adalah kondisi pesawat yang sudah tua. Namun, berdasar pengamatan Jawa Pos di lokasi jatuhnya pesawat kemarin (1/7), muncul kemungkinan bahwa muatan yang melebihi kapasitas juga berperan atas terempasnya pesawat hingga jatuh menimpa ruko dan permukiman.
Kemungkinan itu didasarkan atas temuan jenazah di lokasi kejadian yang dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik sampai tadi malam. Upaya Jawa Pos mengonfirmasi pihak-pihak terkait menemukan data berbeda-beda.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna menyebutkan, kantong jenazah yang ditemukan utuh berjumlah 91. Selebihnya adalah potongan-potongan.
"Kalau saya tidak pernah berubah. Saya selalu mengatakan bahwa jumlah yang pasti atau utuh ada 91 kantong jenazah dan lainnya adalah potongan-potongan," kata Agus di RSUP Adam Malik tadi malam.
Data berbeda diungkap Pangdam I Bukit Barisan Mayjen Edy Rahmayadi yang menyebutkan bahwa mayat yang ditemukan ada 141. Keterangan Edy tersebut juga berbeda dengan informasi dari Kapolda Sumut Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo. Alumnus Akademi Kepolisian 1985 itu menyatakan, jenazah yang utuh berjumlah 135 dan enam kantong lainnya berupa potongan-potongan.
Jumlah versi Kapolda Sumut itu pun berbeda dengan yang diberikan anak buahnya, Kabidhumas Polda Sumut Kombespol Helfi Assegaf. Dengan yakin Helfi menerangkan bahwa kantong jenazah yang diterima kamar mayat RSUP ada 142.
Dari jumlah tersebut, 140 di antaranya utuh dan dua lainnya berupa potongan tangan dan kaki. Keterangan Helfi juga tidak bisa diragukan. "Berdasar data dari tim DVI, ada 142 kantong jenazah dan 140 di antaranya kondisinya utuh," tambah alumnus Akademi Kepolisian 1992 itu.
Data jumlah korban mana yang benar? Soal data jumlah orang di dalam pesawat Hercules C-130, semua sumber informasi seragam menyebut 113 orang. Terdiri atas 12 awak pesawat dan 101 penumpang. Semua sumber juga memastikan bahwa semua yang berada di pesawat tidak selamat.
Untuk informasi korban yang dari luar pesawat, ada sepuluh orang. Delapan berasal dari pegawai pengobatan tradisional Karo BS Okup yang gedungnya kejatuhan pesawat dan dua pekerja ruko.
"Kabar yang saya terima, ada tiga pekerja di ruko yang jadi korban. Satu selamat dan yang dua belum diketahui nasibnya. Salah satunya adik saya yang bernama Rizaldi, usia 34 tahun," jelas Iqbal, kakak salah seorang korban, ketika ditemui di kamar jenazah RSUP Adam Malik kemarin.
Iqbal menerangkan, saat kejadian adiknya sedang bekerja mengecat bagian kubah ruko. Ada yang mengabari dia bahwa adiknya jatuh dari atap ruko karena terkena ekor pesawat. "Saya sudah mencari, belum ketemu. Handphone-nya tidak aktif. Saya juga sudah lapor dan sekarang berusaha mencari di sini (kamar mayat RSUP)," ucapnya.
Jika mengacu keterangan-keterangan yang ada, bisa dipastikan ada selisih jumlah korban. Kalau acuannya keterangan Pangdam Bukit Barisan dan Kapolda Sumut, ada selisih 18 jenazah.
Hitungannya, jumlah korban di dalam pesawat ada 113 orang dan dari luar pesawat terdapat sepuluh orang. Total ada 123. Padahal, versi keduanya, jenazah di kantong mayat ada 141.
Kalau acuannya keterangan Kabidhumas Polda Sumut, selisihnya lebih besar, yakni 17 orang. Sebab, jumlah kantong yang utuh 140, sedangkan jumlah penumpang 113 dan korban non penumpang 10. "Bisa jadi korban lainnya itu dari masyarakat di sekitar lokasi. Sebab, lokasi jatuhnya pesawat di tempat umum yang padat," ujar Edy.
Yang jelas, jika dibandingkan dengan kapasitas angkut personel Hercules C-130 seperti yang dirilis produsennya, Lockheed Martin, semua data jumlah penumpang tewas dari berbagai sumber itu, termasuk data di manifes resmi yang mendaftar 113 nama, sudah melebihi kapasitas.
Produsen pesawat asal Amerika Serikat itu menyebutkan, kapasitas angkut pesawat Hercules C-130 adalah 92 orang (sipil) atau 64 prajurit (militer) atau 74 pasien dengan 2 tenaga medis.
Dari pantauan di lapangan, bobot penumpang yang berlebih itu juga semakin bertambah jika berat angkutan logistik berupa persenjataan dan perbekalan penumpang ikut dihitung.
Pemerintah Janjikan Peremajaan Alutsista, Tapi Kapan?
JAKARTA - Jatuhnya pesawat Hercules TNI AU yang sudah berusia lebih dari 50 tahun membuat pemerintah merasa perlu mempercepat pembaharuan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, pemerintah pasti akan menggantinya alutsista yang sudah uzur.
Namun, JK -sapaan Jusuf Kalla- belum bisa menjamin waktu yang tepat untuk pergantian alutsista yang sudah uzur. "Pastilah, pastilah, pada waktunya. Tidak mungkin selama satu abad. Jadi pastilah diganti pada waktunya sesuai kebutuhan dan anggaran yang ada," ujarnya di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Pria asal Makassar itu menegaskan, pergantian alutsista membutuhkan waktu yang cukup panjang. Terutama dalam menghitung kebutuhan anggaran, negosiasi untuk mencari alutsista bagus dan pemeliharaannya.
"Walaupun Anda punya mobil atau pesawat umurnya lima tahun tapi tidak dipelihara, tetap mogok juga kan? Walaupun umurnya tua, tapi perawatannya baik, itu akan jalan," imbuh ketua umum PMI itu.
Yang terpenting, sambung JK, mesin alutsista tidak boleh lebih dari belasan tahun. Bagian luar alutsista bisa diganti baru. Namun, katanya, usia mesin tetap harus diperhatikan.
Pesawat Tua Itu Ibarat Peti Mati Terbang
JAKARTA - Pengamat Militer Beni Sukadis mengatakan, pemerintah harus sadar jika sudah terlalu banyak kecelakaan akibat alat utama sistem persenjataan (alutsista) tua masih digunakan, terutama moda transportasi pesawat.
"Pesawat tua itu ibarat peti mati terbang, karena tingginya risiko kerusakan teknis," ujarnya kemarin (1/7).
Menurut Beni, pemerintah tidak bisa hanya mengucapkan bela sungkawa terhadap para tentara yang gugur dalam kecelakaan, namun di sisi lain masih mengizinkan operasional pesawat-pesawat yang usianya sudah separo abad.
"Pesawat umur segitu mestinya sudah dikandangkan," kata direktur eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia tersebut.
Apalagi, lanjut Beni, akibat embargo oleh Amerika Serikat (AS) pada 1999 - 2005, banyak alutsista tua di Indonesia yang tidak mendapat perawatan layak. Bahkan, banyak diantaranya yang dikanibal alias diganti dengan suku cadang (spare parts) yang tidak orisinil. "Jadi, kelaikan terbangnya memang tidak prima," ucapnya.
Beni mengatakan, pada 2013 lalu, beberapa pesawat Hercules milik Indonesia sudah diretrovit (ganti mesin maupun servis besar) ke Amerika Serikat (AS). Namun, masih ada sekitar 10 pesawat yang belum diretrovit, sehingga kondisinya kurang fit dan mestinya sudah tidak dioperasionalkan.
"Tapi menurut saya, daripada diretrovit dan keluar banyak biaya juga, lebih baik Indonesia beli pesawat baru," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan jika peremajaan alutsista menjadi prioritas pemerintah, terutama untuk pesawat angkut Hercules yang sudah tua. "Pasti nanti diganti, kita sesuaikan dengan anggaran," katanya.
Menurut JK, pemerintah juga menekankan agar perawatan pesawat betul-betul diperhatikan. Dia menyebut, mesin maupun sebagian spare part Hercules masih ada yang baru.
Karena itu, perawatan harus diprioritaskan agar pesawat yang ada masih bisa digunakan sementara waktu. "Sebab, umur teknis pesawat itu sangat tergantung perawatan," ujarnya.
Bantah Santunan Korban Hercules Hingga Rp 500 Juta
JAKARTA – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispen TNI AU), Marsma Dwi Badarmanto membantah adanya warga sipil yang ikut menumpang dalam pesawat Hercules C-130 yang mengalami kecelakaan di Medan, Selasa (30/6).
Menurutnya, penumpang sipil yang disebut ikut dalam penerbangan tersebut hanya dalam lingkup keluarga TNI. Bukan penumpang sipil yang tidak memiliki kaitan dengan keluarga TNI, atau penumpang sipil yang ikut tanpa persetujuan dari pimpinan TNI AU.
“Yang disebut sipil itu, keluarganya TNI yang ada di situ. Jadi ikut pesawat. Misalnya saya dinas, istri dan anak-anak saya ikut,” ujar Badarmanto, kepada JPNN, Rabu (1/7).
Saat dikonfirmasi, ada pengakuan keluarga korban yang mengaku saudaranya ikut pesawat tersebut meski bukan keluarga TNI dan bahkan membayar hingga Rp 1 Juta, Badarmanto mengaku pihaknya akan mengecek kebenaran informasi tersebut.
“Kalau itu benar, akan ditindak tegas. Kalau menurut aturan, harus ada izin naik pesawat TNI. Misalnya, mau ikut pesawat TNI AU itu kan harus daftar dulu,” ujarnya.
Sementara itu ditanya terkait dana santunan, Badarmanto mengatakan seluruh keluarga korban nantinya akan memperoleh dana santunan. Namun terkait jumlah, menurutnya tidak benar jika disebut dapat mencapai hingga Rp 500 juta sebagaimana informasi yang beredar.
Sebelumnya, dalam sebuah pemberitaan disebut, TNI AU telah bekerjasama dengan Asuransi Jiwa Bumi Putra 1912 nomor Perjama/22/XI/2014. Di dalam kerjasama diatur mengenai pemberian asuransi kematian bagi awak pesawat TNI AU, personel TNI AU, dan Siswa Pendidikan Pertama TNI AU yang gugur dalam tugas.
Dengan aturan tersebut, keluarga korban dimungkinkan dapat menerima dana asuransi berkisar Rp 350-500 juta.
“Tidak benar kalau disebut jumlahnya hingga Rp 500 juta. Bumi Putra itu kan swasta. Untuk santunan di AU ada aturan, anggota atau keluarga yang meninggal karena sesuatu, ada santunannya. Bukan asuransi. Kalau asuransi, itu provit. Kami kan ada yayasan, itu uang yayasan dipakai. Jadi tidak seperti penerbangan sipil. Jumlahnya tergantung, tapi nominalnya enggak mungkin hingga Rp 500 juta. Kami kan punya Asabri (Asuransi Sosial ABRI,red),” ujarnya.
Saat ditanya bagaimana sekiranya benar ada penumpang sipil yang ikut, apakah juga akan memperoleh santunan, Badarmanto mengaku pihaknya akan berkoordinasi dahulu dengan pemerintah. Termasuk dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Sumatera Utara, karena dalam peristiwa kecelakaan tersebut, terdapat masyarakat Medan yang menjadi korban akibat tertimpa pesawat.
“Untuk santunan di luar TNI/keluarga TNI, kami sifatnya membantu. Santunannya baru akan dikomunikasi dengan pemerintah dan Pemda. Demikian juga dengan keluarga yang bersangkutan, kami akan datangi dan akan kami bicarakan. Informasinya, jumlah korban mencapai 122 orang meninggal. Itu 122 orang yang berada di pesawat dan 7 orang di luar pesawat berdasarkan laporan orang yang kehilangan. Tapi ini bisa berkembang terus,” ujarnya.
Sumber : JPNN.com
0 komentar:
Posting Komentar