WONOSOBOZONE - Kabupaten Wonosobo
mencanangkan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue
(Gertak PSN-DBD). Dicanangkannya gerakan tersebut diharapkan mampu menumbuhkan
komitmen kuat di masyarakat untuk lebih peka terhadap faktor-faktor potensial penyebab
demam berdarah. Komitmen bersama untuk secara sadar menguras dan menyikat bak
mandi, menutup rapat penampungan air di sekitar rumah, mengubur atau
memusnahkan barang-barang bekas yang bisa menjadi tampungan air, hingga menabur
bubuk abate di bak mandi serta memasang kelambu dan kasa di ventilasi rumah
diyakini akan bisa menghentikan persebaran nyamuk Aedes Aegypti.
Sekretaris Daerah,
Drs Eko Sutrisno Wibowo MM mengungkapkan harapan tersebut sebelum memimpin
pencangan Gertak PSN-DBD di Balai Kelurahan Wonosobo Barat, Rabu (11/2).
Melalui gerakan yang diinisiasi oleh Tim Penggerak PKK dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Wonosobo itu pula, Eko optimis kasus DBD di Wonosobo yang akhir-akhir
ini menunjukkan tren peningkatan dapat ditekan seminim mungkin. Di sela
pemasangan stiker dan poster Waspada DBD di depan rumah Danramil Kota, Eko
meminta dengan tegas kepada para kader PKK mulai dari Kabupaten hingga Desa,
benar-benar serius menyosialisasikan upaya-upaya untuk mematikan jentik-jentik
Aedes Aegypti kepada seluruh elemen masyarakat, agar angka penderita DBD yang
hingga Februari sudah mencapai 23 kasus tak lagi bertambah.
Acara pencanangan
Gertak PSN-DBD yang dihadiri pula oleh anggota legislatif dan hampir seluruh
Camat se-Kabupaten Wonosobo tersebut ,
menurut Jaelan SKM MKes, Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kabupaten
Wonosobo memang urgen untuk digelar. Dalam paparan singkat sebelum pencanangan,
Jaelan mengurai data persebaran penyakit DBD di Kabupaten Wonosobo. Menurut
pria yang juga aktivis anti HIV/AIDS tersebut, angka penemuan kasus DBD maupun
DD (Demam Dengue) dari tahun ke tahun memang tak merata.
Sejak Tahun 2006
hingga akhir 2014, Dinas Kesehatan mencatat tren penularan DBD menunjukkan
grafik naik turun. Mulai dari 8 kasus selama 2006, kemudian meningkat menjadi
25 kasus di 2007, lalu 29 kasus di 2008, penularan DBD terbesar terjadi pada
Tahun 2009, yaitu sebesar 468 kasus.
Setelah itu, berturut mulai 2010 hingga 2014, kasus DBD ada di angka 20,
24, 89, dan 43 kasus. Dengan telah teridentifikasinya 23 kasus penularan dalam
2 bulan terakhir di awal 2015 ini, Jaelan berharap adanya Gertak PSN-DBD,
Kabupaten Wonosobo segera terbebas dari
nyamuk Aedes Aegypti.
Harapan terbebasnya
Wonosobo dari cengkeraman DBD maupun DD juga datang dari kalangan legislatif.
Handayani, anggota komisi D DPRD yang turut menabur bubuk abate di salah satu
bak mandi Balai Kelurahan Wonosobo Barat menyambut positif dicanangkannya
Gertak PSN-DBD. Sebagai wakil rakyat, Yani mengaku ikut memantau penularan DBD
di Wonosobo. Jumlah 23 kasus selama 2 bulan terakhir diakui Yani memang cukup
mengkhawatirkan, sehingga pihaknya pun mendukung deklarasi Gertak PSN-DBD demi
bisa lenyapnya nyamuk mematikan itu dari Wonosobo.
0 komentar:
Posting Komentar