WONOSOBOZONE - Masih tingginya jumlah penganggur di Jawa Tengah mendorong Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi untuk instensif menggelar berbagai jenis pelatihan di daerah. Menurut Fahrur Ronji, Petugas pengantar kerja dari Disnakertrans Jateng, jumlah penganggur berdasar data Tahun 2015 mencapai hampir 1 Juta orang. “Jumlah angkatan kerja yang diekspose oleh BPS Jateng di Bulan Mei 2015 lalu adalah sebesar 18,29 Juta orang, dan dari jumlah tersebut yang bekerja sejumlah 17,32 Juta atau 94,6 %,” jelas Fahrur saat ditemui di sela acara pelatihan bagi 30 perempuan warga Kelurahan Kalikajar, Rabu (13/4).
Dari data itu pula, Fahrur mengatakan adanya sisa sebesar 5,3 % yang tidak bekerja berarti setara dengan 0,99 Juta orang . “Berdasar tingkat pendidikan, jumlah penganggur lulusan SD mencapai 339.713 orang, kemudian lulusan SMP 262.746 orang, SLTA 352.999 orang, Diploma 14.660 orang, serta sarjana mencapai 22.226 orang,” urai Fahrur. Dinas tenaga Kerja Jateng, menurut Fahrur tak tinggal diam dengan angka-angka tersebut dan terus berupaya untuk menekannya ke titik terendah. “Salah satu upayanya bisa dilihat hari ini, dimana kami menggelar pelatihan membatik untuk kaum perempuan di Kalikajar selama lima hari,” jelasnya.
Melalui pelatihan membatik tersebut, Fahrur berharap agar para peserta memiliki antusiasme untuk mandiri dan berwirausaha setelahnya. Bentuk pelatihan, dikatakan Fahrur merupakan bagian dari program pembinaan masyarakat penganggur melalui pengembangan kewirausahaan, dan diprioritaskan untuk daerah yang masuk kategori merah. “Kategori merah adalah daerah dengan angka pengangguran dan angka kemiskinan tinggi,” lanjut Fahrur.
Pemilihan Kalikajar sebagai sasaran pelatihan menurut Utomo, Kepala Seksi Pembinaan dan Penempatan tenaga Kerja Kantor Nakertrans Kabupaten Wonosobo juga tak lepas dari statusnya sebagai kawasan merah. “Bersama Kecamatan Kepil, Kalikajar merupakan wilayah yang memiliki jumlah penganggur tertinggi di Wonosobo,” jelas Utomo. Jenis pelatihan berupa teknik dasar membatik pun, menurut Utomo juga disesuaikan dengan minat peserta dan potensi lokal di Kalikajar. Utomo mengaku optimis, dengan menerima ilmu membatik dari Yohana Wiera, pencipta motif Kembang Keli asal Kertek, kelak para peserta mampu mengembangkannya menjadi bentuk wirausaha baru.Optimisme serupa juga diungkapkan Hartanto, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kalikajar.
Pihak kelurahan, dikatakan Hartanto berusaha mengakomodasi keinginan warganya untuk mengembangkan potensi diri. “Melalui pelatihan batik selama 5 hari, peserta yang rata-rata merupakan ibu rumah tangga ini mengakui menjadi lebih optimis menghadapi masa depan,” tutur Hartanto. Dimilikinya keterampilan membatik, dikatakan Hartanto juga berpotensi mengurangi pengangguran di Kalikajar, karena para peserta pun antusias untuk membuka usaha dan secara otomatis bakal membutuhkan tenaga kerja baru.
0 komentar:
Posting Komentar