WONOSOBOZONE - Rombongan asal negara Kamboja, yang beranggotakan 6 orang praktisi pendidikan, tertarik dengan peran serta masyarakat dalam pendidikan di SDN 1 Garung. Hal ini diungkapkan pimpinan rombongan, Kong Sonthara, saat melakukan pantauan langsung penerapan pendidikan dasar yang dilaksanakan di sekolah-sekolah yang menjadi mitra USAID Prioritas, Kamis, 21 April.
Menurutnya, peran serta masyarakat sangat penting, dalam mendukung terciptanya sebuah sistem pembelajaran yang efektif, selain kecakapan guru dan peran aktif orang tua. Dari sinilah nantinya akan terbangun sebuah komitmen kuat dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi anak didik. Dan kultur di Indonesia sangat menunjang untuk hal ini. Indonesia punya kekuataan berupa kebersamaan yang kuat dalam masyarakat, sehingga pihaknya perlu melihat langsung kondisi di lapangan, tidak cukup hanya mendengar saja.
Kekuatan peran serta masyarakat ini menurutnya juga akan mendorong motivasi yang kuat dalam menciptakan sebuah manajemen pembelajaran yang baik, yang bisa diterima semua pihak, baik siswa maupun guru dan orang tua.
Selain peran serta masyarakat, budaya membaca siswa juga jadi perhatian pihaknya.
Menurutnya, literasi budaya baca 10 menit sebelum pembelajaran yang ada di SDN 1 Garung, sangat menginspirasi pihakanya untuk segera bisa diterapkan di Kamboja. Budaya ini menurut Kong, saat tepat dilaksanakan, mengingat membaca akan menambah wawasan serta imajinasi anak, sehingga anak dalam melaksanakan rentetan pembelajaran di sekolah tidak bosan, dan bisa lebih menambah ilmu pengetahuan.
Ia akan mencoba membawa informasi yang didapat di SDN 1 Garung untuk diterapkan di Kamboja. Meskipun saat ini pihaknya sudah merintis komitmen awal seluruh pemangku pendidikan, namun hal ini cukup sulit dilaksanakan, mengingat kultur di Kamboja yang lama didera oleh peperangan dan iklim politik yang kurang stabil, menjadikan dunia pendidikan dasar cukup terabaikan. Ia berharap bisa mengadopsi apa yang dilaksanakan di SDN 1 Garung, menjadi skema pembelajaran dasar yang efektif dan tidak membosankan bagi siswa.
Menanggapi hal ini, Kepala Sekolah SDN 1 Garung, Paryono, menyampaikan, sejak sekolahnya menjadi mitra USAID Prioritas pada Mei 2013 silam, pihaknya berupaya melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, utamanya orang tua murid dan Pemerintah Desa, sehingga terbentuklah komite sekolah dan paguyuban kelas, serta intensif melakukan koordinasi dengan Dewan Guru, sehingga jika ada kendala dalam pembelajaran siswa, bisa segera diatasi. Termasuk jika ada kendala dana, melalui paguyuban kelas, biasanya para orang tua akan bermusyawarah, sehingga bisa dicarikan solusinya. Peran paguyuban kelas juga sangat besar, hal ini terlihat dari aktifnya mereka mengawasi proses pembelajaran di kelas yang dilakukan para guru, melalui program guru intip.
Adanya guru intip di sekolah yang memiliki 312 siswa ini, diakuinya menjadikan siswa lebih bisa menyerap materi pembelajaran yang disampaikan.
Paryono menambahkan, di tahun ke empat kemitraan mereka dengan lembaga bantuan asal Amerika Serikat ini, selain peran serta masyarakat yang aktif, juga berhasil diterapkannya sistem pembelajaran PAKEM atau sistem Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, manajemen sekolah yang lebih terbuka, munculnya budaya membaca serta lahirnya pembiasaan.
Khusus budaya baca, selain mengajak siswa membaca 10 menit sebelum proses pembelajaran di tiap kelas, setiap Jumat pagi seluruh siswa dikumpulkan di halaman sekolah dalam kegiatan bertajuk budaya membaca hening bersama.
Setelah selesai membaca, satu siswa mewakili kelas 1 sampai 6, membacakan kesimpulan dari buku yang dibaca. Termasuk untuk kegiatan baca buku 10 menit sebelum pembelajaran, siswa harus menulis rangkuman kesimpulan buku yang dibaca dalam jurnal buku yang disediakan oleh paguyuban kelas. Tidak hanya di sekolah, budaya membaca di rumah juga harus dilaksanakan, dengan orang tua sebagai pengawas, yang laporannya tertulis dalam buku penghubung dan jurnal, yang juga disediakan oleh paguyuban kelas.
Agar lebih meningkatkan motivasi siswa, tiap 5 bulan sekali dipilih duta baca, yang dipilih dari siswa yang rajin membaca dan pinjam buku di perpustakaan, yang mana budaya membaca di perpustakaan juga diwajibkan pihak sekolah. Duta baca ini bertugas mempromosikan buku-buku baru dan wajib baca, serta mengajak para siswa untuk tetap termotivasi dalam membaca buku.
Sementara Eko dari USAID Prioritas Wonosobo, menyampaikan, dipilihnya SDN 1 Garung sebagai lokasi study rombongan Kamboja, karena dalam empat tahun pelaksanaan kemitraan, sudah banyak capaian yang dihasilkan. Seperti guru menunjukkan praktek mengajar yang baik, kepala sekolah menunjukkan kepemimpinan dalam pembelajaran, serta partisipasi orang tua dan masyarakat berkaitan dengan pembelajaran meningkat. Termasuk berbagai raihan pretasi akademis, seperti juara 1 tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam ajang MAPSI untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selain SDN 1 Garung, pihaknya juga bermitra dengan 7 SD/MI dan 4 SLTP lain di Garung serta 12 sekolah di Kecamatan Kertek. Khusus di Garung, sampai April tahun 2016, selain pendampingan dan fasilitasi program, pihaknya juga telah membantu menyediakan bahan-bahan bacaan berupa buku berjenjang A sampai F untuk 52 SD/MI.
0 komentar:
Posting Komentar