WONOSOBOZONE - Desa Sembungan kini
masyhur di seantero Dunia sebagai salah satu destinasi wisata sunrise terbaik
se-Asia. Namun di balik keistimewaan tersebut, Sembungan ternyata menyimpan
potensi permasalahan terkait sanitasi lingkungan yang cukup akut. Apabila tak
secepatnya dibenahi, kondisi minus desa tertinggi di Pulau Jawa itu bisa
mengancam kesehatan tak kurang dari 1288 jiwa penghuninya. “Banyak sumur yang
menjadi sumber air minum warga yang lokasinya berdekatan dengan septictank
tetangga, sehingga jelas membahayakan kesehatan,” beber Fatoni, koordinator tim
program peningkatan kualitas kawasan permukiman (P2KKP) Desa Sembungan, di
depan puluhan warga yang mengikuti acara semiloka penataan desa wisata, Sabtu
malam (9/4). Dalam semiloka di salah satu gedung madrasah diniyah tersebut,
Fatoni memang menguraikan cukup detail permasalahan lingkungan di Sembungan,
yang memerlukan pembenahan secepatnya.
Selain keberadaan
sumur sumber air minum yang bersebelahan dengan septictank, Fatoni juga
menyebut kebiasaan warga membuang sampah di saluran air memperburuk drainase.
“Sampah dan limbah rumah tangga menumpuk di ruang terbuka dan saluran air desa,
karena memang di Sembungan belum tersedia tempat sampah yang memadai,” lanjut
Fatoni. Melalui program peningkatan kualitas kawasan permukiman yang digulirkan
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RI, Fatoni menjelaskan pihaknya kini tengah berupaya untuk menciptakan kondisi
lebih ideal di Desa Sembungan. “Basis yang digunakan adalah data hasil pemetaan
swadaya baseline 100-0-100, dimana 7 indikatornya adalah kualitas bangunan
permukiman, aksesibilitas jalan, jaringan drainase, Sanitasi lingkungan,
Pelayanan air minum, pengelolaan sampah, dan antisipasi system kebakaran,” urai
Fatoni.
Realisasi terdekat
dari program 100-0-100 di Sembungan, menurut Fatoni di antaranya akan menyasar
2 Rukun warga (RW), yaitu RW 1 dan 2, yang dinilai layak untuk masuk skala
prioritas. “Beberapa di antara kegiatan yang akan secepatnya dikerjakan adalah
penyediaan 7 unit septictank komunal, pengadaan 24 unit tong sampah, pembuatan
tempat pembuangan sampah terpadu (TPST), dan pembangunan jaringan utama air
bersih sepanjang 300 meter,” papar Fatoni. Program P2KKP di desa Sembungan,
dikatakan Fatoni akan bergulir selama 3 tahun, yaitu mulai 2017 sampai 2020.
Menanggapi usulan
baseline 100-0-100 untuk desa Sembungan tersebut, Kepala Kantor Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, Agus Purnomo yang turut hadir dalam semiloka mengaku sangat
mendukung. Adanya penataan kawasan Sembungan agar lebih ideal dinilai Agus
memang sudah sepatutnya disengkuyung semua pihak. “Selain demi meningkatkan
kualitas kawasan dan kesehatan warga, program ini juga akan memberikan dampak
positif bagi kunjungan wisatawan,” tutur Agus. Selama ini, permasalahan sampah
di kawasan Dieng diakui Agus menjadi salah satu yang paling sering dikeluhkan
para wisatawan.
0 komentar:
Posting Komentar