WONOSOBO ZONE - Hidup Stefanus Firman
Santoso (22), berubah 180 derajad 5 tahun lalu. Kecelakaan tersengat aliran
listrik tegangan tinggi ketika dia tengah menjalani pekerjaan pertamanya,
berbuah amputasi pada kedua tangannya. Tak pelak, anak keempat dari 6
bersaudara, yang tadinya demikian riang menjalani hari-harinya, berubah drastis
menjadi pemurung dan takut keluar rumah. Malu dan merasa hidup tak lagi berarti
membuat Firman sempat tak bersedia bertemu siapapun, pascaamputasi. Beruntung,
tak lebih dari setahun mengurung diri di rumah, warga Dusun Gondang, Dessa
Jogoyitnan, Kecamatan Wonosobo itu bertemu dengan Aceng Dani Setiawan.
Pertemuan
dengan Aceng, yang juga seorang difabel tanpa tangan itu berhasil menumbuhkan
kembali semangat hidupnya yang sempat meredup. Motivasi dari Aceng pula, yang
akhirnya menyemangatinya untuk bertandang ke Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo.
Semangatnya semakin bertumbuh, ketika Kepala Dinas Sosial, Agus Purnomo
menemuinya, dan memberi motivasi untuk bergabung dengan rekan-rekan sesama Difabel
yang telah menjalani pelatihan keterampilan. Sempat khawatir tidak mampu
menjalani pelatihan dengan kondisinya, pada Selasa 3 Maret 2015, Firman
memantapkan tekad menerima tawaran Dinsos untuk dikirim ke Balai Rehabilitasi
Sosial Jebres, Surakarta. Pemuda lulusan SMP yang mengaku sangat gemar
bernyanyi dan bermain musik itu mengaku ingin menimba semua ilmu yang bakal
diajarkan di Barehsos Jebres. Tak sebatas menjahit atau teknik perbengkelan,
Firman juga berniat mencoba melatih kedua kakinya untuk bisa lihai memetik
gitar. "Seperti mas Aceng, yang juga sangat piawai mendendangkan lagu dan
memetik gitar dengan kaki", ungkapnya, ketika ditanya apa yang
menginspirasinya.
Kadinsos,
Agus Purnomo, yang turut mengantar Firman ke Barehsos Jebres mengaku bersyukur,
akhirnya bisa mengajak anak pasangan Kasmadi dan Suwarti tersebut untuk bangkit
dari keterpurukannya. Menurut Agus, butuh waktu cukup lama untuk membujuk
Firman agar mau dikirim ke Barehsos. "Firman sempat takut dibully
teman-teman di Barehsos, tapi berkat support dari Aceng, akhirnya mau",
jelas Agus, di sela pertemuannya dengan jajaran pengelola Barehsos Jebres.
Selain motivasi dari sosok Aceng, Agus juga menyebut peran TKSK Wonosobo,
Marfu'ah, dan Kasmadi, ayah kandung Firman yang juga aktif di kegiatan sosial
roda untuk kemanusiaan, juga mempercepat kembalinya semangat pemuda periang
itu. Pihak Dinsos sendiri, diakui Agus sempat memberi Firman tangan palsu
bantuan dari United Cerebral Palsy (UCP), tapi akhirnya dilepas. Firman mengaku
lebih nyaman dengan kedua lengan tanpa tangan, karena tangan palsu itu justru
membuatnya kesulitan beraktivitas.
Bersama
Firman, Dinsos Kabupaten Wonosobo juga mengirim Bejo (28), pria asal Dusun
Boralan, Kelurahan Garung, Kecamatan Garung. "Sejak lahir, Bejo menderita
cacat kaki berupa kedua telapak kakinya bengkok, sehingga kesulitan
berjalan" jelas Agus. Berbeda dengan Firman yang ingin mencoba semua jensi
pelatihan, Bejo hanya ingin bisa menjahit, agar kelak mampu mandiri dengan
mendirikan usaha konveksi.
wonosobokab
0 komentar:
Posting Komentar