WONOSOBOZONEMenderita kelumpuhan akibat penyakit panas sejak usia 15 Tahun, Ahmad Wahno (60) tak lantas menyerah pada nasib begitu saja. Berbekal pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang pernah dienyamnya, sulung dari 6 bersaudara tersebut kini bahkan mengajar ngaji ratusan anak di Dusun Lemiring, Desa Mojosari, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Bila dikilas balik ke masa 25 tahun lalu, dimana Wahno memulai kiprahnya mengajar baca tulis Al Qur’an untuk adik-adiknya, mungkin jumlah muridnya sudah mencapai ribuan. Dalam kondisinya yang demikian, Wahno berusaha untuk terus memberi manfaat untuk sesamanya, meski semua itu hanya bisa dilakukannya dari atas pembaringannya. Ikhlas dan sabar menjalani semua yang ditakdirkan Sang Pencipta untuknya.

Ketika dikunjungi Kepala Dinas Sosial Kabupaten Wonosobo di kediamannya, Selasa sore (7/4), Wahno yang kini tinggal di rumah Sukron, adik bungsunya tampak baru saja selesai mengajar ngaji. Kegiatan rutin harian tersebut dimulai sejak sekitar pukul 13.00 hingga menjelang waktu ashar tiba. Ketidakmampuan untuk beranjak dari tempat tidur membuat proses mengajar tersebut tak bisa berada dalam satu ruangan. Anak-anak ruang tamu di bagian depan rumah, sedang Wahno tetap berada di kamar, dan menggunakan microphone sebagai alat bantu memperbesar suara, agar bisa didengar oleh murid-muridnya. Meski mengaku belum menjadi hafidz, alias penghafal Al Qur’an, Wahno tak kesulitan untuk membenarkan lafadz dan bacaan dari murid-muridnya ketika mereka membuat kesalahan.

Di sela waktu sebelum dan setelah mengajar, ternyata pria murah senyum tersebut memiliki kegiatan lain yang masih berhubungan dengan Al Qur’an, yaitu menulis kitab berisikan do’a-do’a harian dengan menggunakan huruf arab. Sekilas, hasil tulisan tangannya tak berbeda dengan Al Qur’an cetakan, bahkan beberapa di antaranya tampak begitu bagus. Ajaib, mengingat kondisi tangan Wahno pun tak bisa dikatakan sempurna. Selain tampak begitu sulit digerakkan, kedua telapak tangannya tak bisa membuka sempurna, sehingga ketika melihat hasil tulisan tangannya, sempat sulit mempercayai. “Saya membuat garis-garis pemandu lebih dulu, sehingga deretan tulisan bisa lurus dan lebih rapi”, urai Wahno saat ditanya bagaimana ia memulai menulis rangkuman do’a-do’a tersebut. Setelah selesai dengan sebuah kitab yang disampul kertan berwana biru, kini Wahno juga tengah berupaya menyelesaikan satu lagi kitab do’a untuk panduan murid-muridnya. “Sebenarnya bisa lebih cepat kalau saya segera lancar mengoperasikan notebook ini”,  ungkap Wahno seraya menunjuk sebuah laptop di sebelah pembaringannya.

Laptop tersebut, seperti dijelaskan Kadinsos Agus Purnomo, merupakan bantuan dari Bank Jateng. Melalui dana CSR perusahaan, Bank Jateng merasa perlu mewujudkan keinginan Wahno untuk memiliki sebuah komputer sebagai alat bantu aktifitasnya menulis kitab-kitab. “Setelah laptop, Dinsos akan berupaya membantu agar Wahno bisa mewujudkan keinginannya memiliki sebuah televisi”, kata Agus. Dengan adanya sebuah TV di kamarnya, Wahno ingin bisa mengakses salah satu stasiun televisi dari jazirah Arab yang menyiarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an untuk memperkaya wawasannya akan ilmu agama. “Semoga akan ada lagi pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap kiprah Ustadz Ahmad Wahno”, harap Agus sebelum berpamitan.

Ahmad Wahno menunjukkan kitab doa doa yang telah ditulisnya

0 komentar:

Eatbox Kitchen Wonosobo

Eatbox Kitchen Wonosobo
Jl. T. Jogonegoro, Funbox Resto Cafe, Lt.2
 
wonosobozone.com © 2015. All Rights Reserved.
Top