WONOSOBOZONE - Zaman sekarang ini manusia sering lupa bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga, bukan uang yang berlimpah, jabatan yang tinggi, atau semacamnya. Hubungan antar manusia adalah harta itu sendiri, dengan lingkupnya yang terkecil dan terdekat yaitu keluarga. Itu karena salah satu fungsi manusia adalah sebagai makhluk sosial.
Keluarga adalah salah satu pilar bagi keutuhan dan kekuatan negara. Jika ingin menghancurkan negara, cerai beraikan saja keluarganya.
Orang suka mencari solusi yang rumit dari berbagai permasalahan yang ada padahal belum tentu yang sederhana itu tidak berdampak besar. Bisa jadi malah yang dianggap sederhana itu adalah inti dari solusinya. Tengoklah misalnya berbagai masalah yang ada, sebut saja status darurat zina dan darurat narkoba di Indonesia, perceraian, perselingkuhan, kenakalan remaja, kriminalitas, dan masih banyak lagi, semuanya itu bisa diminimalkan dengan adanya peran positif dari keluarga. Pendidikan yang baik di dalam keluarga akan menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral di dalam diri masing-masing anggota keluarga itu. Hal ini didukung dengan kebersamaan dan keharmonisan di dalam keluarga itu sendiri yang akhirnya menumbuhkan perasaan kasih sayang dan humanis (manusiawi). Perasaan dicintai, disayangi, diterima, dihargai, dan perasaan penuh (utuh) sebagai manusia. Mereka akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati dari interaksi indah seperti ini sehingga mereka bisa menebarkan kedamaian dan kebahagiaan itu kepada sesamanya. Selain itu, adanya perasaan penuh juga membuat seseorang tidak merasa perlu (butuh) lagi untuk mengambil / menginginkan sesuatu dari orang lain. Mereka sadar bahwa mereka telah memiliki sesuatu yang sangat berharga, sehingga tidak akan mengambil apa yang bukan haknya.
Kebersamaan keluarga
Sumber: Dreamstime
Sayangnya, kebersamaan dengan keluarga saat ini sangat langka. Banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja, sedangkan anak-anaknya dititipkan (baca: dipasrahkan) penuh kepada sekolah. Ayah dan ibu menjadi jarang pulang, pulangpun sudah larut malam, sudah sangat capek dan tak punya energi untuk bercengkrama dengan keluarganya. Terkadang ada pula yang masih membawa tugas-tugas kantor ke rumah, sebagian orang yang lain sudah sangat lelah sehingga langsung tidur begitu sampai di rumah. Tak jarang kondisi yang sama-sama capek kemudian meledakkan amarah. Hilang sudah kebersamaan, kehangatan, romantisme, dan keindahan dalam keluarga. Keluarga yang seperti ini hanya tinggal seatap tetapi tanpa kedekatan emosional yang berarti. Mereka kehilangan “ruh” dari keluarga itu sendiri, apa yang sebenarnya diinginkan dari terbentuknya keluarga itu. Anak-anak kemudian hanya diasuh oleh ART (Asisten Rumah Tangga), atau lebih parah lagi diasuh oleh gadget. Hasilnya adalah perselingkuhan, perceraian, pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan sebagainya.
Teknologi punya 2 sisi, termasuk TV, laptop (internet), smartphone, dan semacamnya. Anak-anak yang kesepian biasanya beralih kepada teknologi-teknologi ini untuk menghibur hatinya. Beberapa orang tua malah mendiamkan anaknya yang menangis dengan memberinya gadget. Sepertinya mereka berpikir dengan cara ini usaha akan lebih ringan dan mudah. Akhirnya jarak antar keluargapun semakin jauh. Walaupun semua anggota keluarga ada di rumah mereka tidak bisa fokus satu sama lain. Ada yang asyik nonton TV, bermain internet, chat dengan temannya di media sosial, sibuk bekerja, atau lainnya. Ingin berkomunikasi dari hati ke hati saja susah. Maksud saya komunikasi yang sebenarnya di mana pihak yang satu dan pihak yang lain duduk bersama, saling memperhatikan, saling mendengarkan, saling menatap mata, dan sebagainya. Artinya, raga mereka, hati mereka, pikiran mereka, dan seluruh perhatian mereka ada untuk lawan bicaranya. Jangankan seperti itu, disela dari aktivitas masing-masing saja susah. Mereka akan terganggu dan marah.
Kalau kita perhatikan di berbagai acara yang melibatkan lebih dari satu orang kita sering menjumpai gadget sebagai pengganggu di dalamnya. Ada kumpul-kumpul keluarga / saudara eh ada yang bermain gadget. Saat silaturahim ke rumah teman eh ada juga yang bermain gadget, dan masih banyak hal serupa.
Bupati Wonosobo H.A. Kholik Arif menyadari akan hal ini sehingga sejak tahun 2006 di Wonosobo dicanangkan sebuah gerakan Senja Keluarga. Gerakan ini membiasakan keluarga untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan seluruh anggota keluarga di waktu senja, yaitu sekitar pukul 18.00-22.00 WIB. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi keluarga sebagai lembaga pertama dan utama dalam pembinaan kehidupan beragama sehingga tercipta masyarakat Wonosobo yang agamis, maju, mandiri dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa. Setiap hari, minimal selama 1,5 jam setiap keluarga harus menyediakan waktu untuk bersama, baik itu di rumah atau tempat ibadah. Pada saat itu TV dimatikan sedang mereka bisa makan bersama, sholat berjamaah, mengajari anaknya, mengkaji kitab suci bersama, atau melakukan hal lainnya. Sungguh indah jika hal ini benar-benar diterapkan di sana. Zaman sekarang bukan harta yang menjadi kemewahan, tetapi kebersamaan. Kebersamaan itu sekarang menjadi mewah dan langka, padahal itu sebenarnya sesuatu yang sederhana dan tanpa biaya. Gerakan ini sangat baik jika diterapkan di daerah-daerah lain juga. Sungguh membahagiakan jika gerakan ini bisa menjadi gerakan nasional dan mewujud nyata.
Postingan artikel ini diikutsertakan dalam #NJFWonosobo2015
Pengirim: Dini Nuris Nuraini
Source: http://new.wonderfulworld.blogdetik.com/2015/05/28/senja-keluarga-kemewahan-dalam-kesederhanaan-11
|
Kali ini kita ada kabar gembira buat yang belum sempat kirim karya untuk #NJFWonosobo2015
Berdasarkan audiensi dengan Bapak Eko Sutrisno Wibowo (Sekretaris Daerah Kab. Wonosobo) Event lomba “Netizen Journalistic Festival” masuk ke dalam rangkaian #HariJadiWonosobo190 ,
Untuk itu, kami selaku panitia menginformasikan kepada seluruh peserta yang sudah mendaftar dan kepada semua calon peserta yang akan mendaftar bahwa:
- Deadline pengiriman karya pada 1 Juli 2015 dan Pengumuman nominasi pada tanggal 25 Juli 2015
-Thema: “All About Wonosobo”
Jurinya siapa sih?
Kategori:
-Foto : Mas Agus Nonot Supriyanto (HPPW dan Photografer Senior)
-Artikel : Mas Farid Gaban (Editor in Chief Geo Times Magazine, Jurnalis Senior)
-Video : Mas Putut Tri Husodo (Wapemred SCTV, Jurnalis Senior)
Sebagai penyemangat, sebanyak 60 orang dari 3 kategori lomba akan menjadi nominator dan berkesempatan untuk kita bukukan karyanya lho...
So, Tunggu apa lagi, "Tunjukkan Karyamu!"
Untuk info lebih detail, syarat dan ketentuan bisa check:
Blog: www.njfwonosobo.blogspot.com / www.njfwonosobo.wordpress.com
FB: www.facebook.com/njfwonosobo
Twitter: www.twitter.com/njfwonosobo
0 komentar:
Posting Komentar