WONOSOBOZONE - ”Jangan patah semangat, seberat apapun masalah menghadang hidup kita. Tetap percaya pada impian kita dan kejar impian kita sampai dapat ” – Resha Adi Pradipta
Kota kecil Wonosobo memang tak akan pernah kehabisan talenta-talenta muda yang cerdas dan berprestasi. Pada kesempatan kali ini, Tim Wonosobo Muda akan memperkenalkan kepada kawan-kawan , satu anak muda asli Wonosobo yang dengan kegigihannya berhasil menjadikan masalah hidup menjadi semangat juara. Perjuangan hidupnya ini membawanya meraih satu jenjang karier yang cemerlang di salah satu perusahaan terkemuka di dunia, Microsoft Indonesia. Semangat belajarnya yang tak pernah lelah membawanya sekarang meraih Beasiswa Presiden Indonesia dan menjadi kandidat Global Executive MBA di Washington University, Amerika Serikat. Lewat Wonosobo Muda, Resha membagikan kisahnya langsung dari Washington, AS kepada kawan-kawan muda di Wonosobo. Selamat menyimak!
Berprestasi di Sekolah
Resha menyelesaikan pendidikan dasarnya di Wonosobo, yaitu SD dan SMP N 1 Wonosobo sebelum kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Taruna Nusantara. Lulus SMA, ia memutuskan untuk mengambil jurusan Manajamen di Universitas Diponegoro, Semarang. Dari SMA, ia telah menunjukkan prestasi dengan meraih berbagai kejuaraan berskala nasional seperti Juara kedua Environmental and Civilization Paper Competition DIKNAS tahun 2005, juara kedua Olimpiade Ilmu Sosial tingkat Nasional tahun 2006 dengan meraih Medali Emas untuk kategori Problem Analyzing dan Medali Perak untuk kategori Problem Presentation di kejuaraan tersebut. Di kampus, prestasinya ternyata semakin meningkat. Ia berhasil menjadi 2nd Winner di Ajang Indonesian Entrepreneurship Challenge tahun 2008 yang diselenggarakan oleh ITB, ia juga berhasil masuk Semifinal Kompetisi Bisnis berskala Nasional Trust by Danone. Tak hanya itu, ia terpilih menjadi salah satu peserta Young Leaders for Indonesia yang diselenggarakan oleh McKinsey tahun 2011 dan juga pernah mewakili Indonesia di salah satu ajang prestisius Harvard National Model United Nations tahun 2010 di Harvard University, Boston, USA.
Perjuangannya Tak Mudah
Perjalanan hidupnya tak semudah yang dibayangkan. Momen jatuh bangun harus ia lalui, terutama ketika ayahanda meninggal dunia di tahun 2005, kemudian disusul meninggalnya ibunda di tahun 2008. Sebagai anak pertama dan kakak dari 2 adik kembar yang masih duduk di SMA, Resha merasa punya tanggung jawab yang besar untuk bisa hidup mandiri dan mencapai mimpi besarnya untuk menjadi orang sukses. Sebagai tambahan biaya hidup, saat kuliah ia menyambi bekerja sebagai penyiar radio dan event marketing di sebuah radio milik Suara Merdeka di Semarang. Resha juga punya bisnis clothing kecil-kecilan bersama 3 temannya dari hasil menang lomba. Dari pengalaman waktu kuliah tersebut, ia belajar banyak tentang ilmu marketing dan bisnis dan di tahun 2011 Resha diterima di program management trainee yang sangat selektif di Microsoft Indonesia. Hingga terakhir ia meraih posisi MNC Marketing Manager di Intel Corp Indonesia. Untuk lebih memperdalam ilmu manajemen marketing agar lebih siap menjadi marketer yang lebih baik di masa mendatang, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang S2.
Meraih Beasiswa Presiden Indonesia
Waktu itu di Facebook, Resha melihat temannya membagikan informasi tentang seleksi Beasiswa Presiden Republik Indonesia (BPRI) yang diselenggarakan oleh LPDP. Resha yang punya mimpi untuk bisa kuliah MBA (Master of Business Administration) di Amerika Serikat sangat tertarik untuk mendaftar. Ada beberapa tahapan seleksi, di antaranya adalah seleksi administrasi, seleksi wawancara, dan seleksi tahap akhir yang meliputi project, presentasi project dan tes kesehatan. Setelah melewati semua rangkaian tes tersebut, ia dinyatakan diterima menjadi kandidat penerima Beasiswa Presiden Republik Indonesia. FYI, BPRI ini adalah salah satu beasiswa yang cukup prestisius yang diperuntukan bagi calon-calon pemimpin bangsa yang memiliki potensi kepemimpinan dan pengabdian di dalam masyarakat. Selain syarat-syaratnya yang lebih ketat, kandidat yang terima juga lebih sedikit, Resha dan kandidat lainnya juga hanya diberikan tenggat waktu satu tahun untuk dapat diterima di 50 universitas ternama di dunia.
Untuk bisa diterima di program MBA universitas ternama biasanya kita harus memiliki kemampuan akademik yang dibuktikan oleh transkrip dan score GMAT, kecakapan bahasa asing yang cukup (IELTS/TOEFL), memiliki perencanaan studi dan karir yang jelas, serta untuk executive MBA harus memiliki pengalaman kerja yang cukup dengan prestasi kerja yang baik. Berkat kerja keras dan kegigihannya selama ini, akhirnya ia diterima di Washington University, Amerika Serikat untuk program Global Executive MBA. Awal tahun 2015, ia mengawali perjalanannya di Negeri Paman Sam.
Hidup di Negeri Orang
Sebagai orang yang bukan native English speaker, ia harus bisa beradaptasi dengan cepat dan belajar lebih giat untuk dapat berprestasi di kelas. Ia juga merasa tidak begitu jago matematika, sehingga ia harus belajar lebih keras untuk bisa bersaing dengan teman-temannya dari negara lain. Namun, ia yakin bahwa networking dengan para senior manager perusahaan dari berbagai negara yang ada di dalam kelasnya, akan berguna bagi kesuksesan karir Resha di masa mendatang. Tantangannya tak hanya itu, perbedaan Budaya Barat dan Indonesia membuatnya harus beradaptasi dengan cepat. Selain itu, ia juga harus menjalani Long Distance Marriage dengan istrinya, sehingga harus tetap menjaga komunikasi dan saling menjaga diri.
Sebagai anak beasiswa, Resha harus dapat menghemat dan mengendalikan pengeluaran agar bisa bertahan. Di USA, rata-rata sekali makan bisa USD 15 belum termasuk tips (15%). Jadi mau tidak mau ia harus bisa masak karena masak jauh lebih hemat. Ia sering sekali harus bertanya kepada istrinya untuk resep-resep dan kadang sampai harus video call untuk memastikan ia memasak dengan benar. Dukungan dari istrinya tersebut, dan juga kedua adik kembarnya, telah terbukti mampu membuatnya bertahan di masa-masa sulit dalam hidupnya.
Pesan untuk Kawan Muda
Setelah kuliah MBA ini Resha ingin bisa bekerja di perusahaan “Internet Giants” seperti Google, Facebook atau Linkedin dan belajar marketing di industri internet. Tapi di masa depan, Resha juga ingin punya technology based company rintisannya sendiri dan headquarter-nya di Wonosobo. Kita doakan ya, kawan muda! Ia juga berpesan kepada anak-anak muda, khususnya kawan muda di Wonosobo:
“Jangan pernah merasa minder karena kita anak gunung yang sering dilabeli ‘ndeso’. Tetap percaya diri dan fokus pada hal yang kawan-kawan senangi, jadilah ahli di bidang tersebut, berani bermimpi tinggi, berlatih dan bekerja untuk mengejar mimpi kawan-kawan.”
Selain itu, ia juga menambahkan, bahwa dalam mengejar cita-cita ataupun berkarya untuk selalu push beyond the limit dan buang jauh anggapan “yang penting selesai” atau “yang penting ngumpulin”. Berikan sentuhan terbaik di setiap karya kawan-kawan. Dengan begitu, bukan hanya kepuasan yang akan kawan-kawan dapatkan tapi juga apresiasi dari orang-orang sekitar. Semoga kisah Resha Adi Pradipta ini dapat menginspirasi kawan-kawan muda untuk lebih semangat lagi meraih cita-cita kalian ya! (Source: wonosobomuda.com)
0 komentar:
Posting Komentar