WONOSOBOZONE - Pagi menyapa kedalam kegelapan, kemegahan matahari yang hadir tak kala semakin megah ketika terlihat dari bukit sikunir, ini lah salah satu dari secuil keindahan alam milik Wonosobo, Jawa Tengah.
Kota mungil yang menyisakan kemisteriusan alam yang belum terjamah ini berada dalam 7⁰43’3” dan 7⁰04’40” garis lintang  selatan serta 109⁰43’19” dan 110⁰04’40” bujur timur.

Dengan luas yang kurang lebih 98.468 Km2 Wonosobo dapat menyuguhkan sejuta keindahan alam yang tak dapat tertandingi. Seakan-akan bahwa Wonosobo menyimpan surga dibalik gunung yang berdiri Agung, yang memancarakan aura kemegahan dengan sejuta pesonanya.

Wonosobo sendiri, yang berasal dari kata “Wanasaba” atau secara harfiah berarti “Tempat berkumpulnya dihutan” memiliki suatu kehangatan tersendiri dari dinginnya suasana dengan suhu yang relatif rendah.  Masyarakatnya sendiri tidak jauh berbeda dengan sifat tanah yag dipijakinya, kentalnya adat serta budaya yang turun-temurun dari nenek moyang menjadikan masyarakatnya ramah dan sopan, yang pula membuat Wonosobo memiliki karakteristik kota mungil yang Asri.

Dalam kebudayaan Wonosobo sendiri terdapat sebuah Legenda  yang di oleh masyarakatnya. Legenda yang paling terkenal adalah Legenda ‘Rambut Gimbal’ dari Dieng.  Legenda yang paling menonjol dari Legenda-legenda yang lain. Rambut Gimbal sendiri memiliki upacara khusus yang disebut ruwatan, upacara ruwatan.  Bahkan upacara ruwatan menjadi acara utama dalam ‘Dieng Culture Festival’, pesta budaya yang diselenggarakan setiap tahunnya di Dieng. Konon, anak-anak berambut gimbal itu adalah titipan dari Kyai Kolodete. Dahulu Kyai Kolodete adalah orang penting yang diberi tugas oleh Ratu Pantai Selatan untuk membawa masyarakat Kawasan tinggi Dieng menuju kesejahteraan. Dan sebagai pertanda kesejahteraan itu muncul lah anak-anak berambut Gimbal. Bagi masyarakat dieng, jumlah anak berambut gimbal berkolerasi dengan kesejahteraan Masyarakat Dieng.

Setelah legenda, ada juga Mitos Wonosobo yang tak kalah unik dan bahkan dipercaya bisa mengentengkan jodoh. Tuk Bimolukar, sebuah Mata Air Suci bagi umat Hindu Kuno. Tuk Bimolukar terbuat dari bebatuan kuno dan mempunyai simbol yang manarik. Menurut cerita, Tuk Bimolukar dimaksudkan sebagai tempat Sang Bimoseno mensucikan diri, Tuk Bimolukar di yakini dapat menjadikan awet muda apabila sesoorang membasuh mukanya ditempat suci itu. Konon, jaman dahulu Tuk Bimolukar dijadikan tempat Raja-raja mataram menikmati keindahan Dieng dan juga sebagai tempat mensucikan diri.
Sebelum melakukan upacara yang biasa dilakukan di Tuk Bimolukar, biasanya peziarah diwajibkan untuk mensucikan diri, agar saat melakukan upacara terbebas dari hal-hal kotor dan tidak baik.

Lalu, jika berjalan terus ke utara kota Wonosobo, akan kita temui surga dibalik keindahan gunung prau yang agung.  Kemegahan Golden Sunrise yang mengintip dari dinginnya pagi dari Bukit Sikunir di desa sembungan. Desa kecil yang berada di daerah kecamatan kejajar ini memiliki julukan “Negeri di Atas Awan”.  Salah satu keping keajaiban alam yang tersembunyi di balik kemegahan Gunung Prau, Sikunir sebagai salah satu dari berbagai obyek wisata yang tersebar di Wonosobo menyajikan setumpuk kekaguman yang tidak terbatas. Moment menakjubkan setelah berdiri di puncak sikunir adalah saat dipagi hari, dimana kita dapat menjumpai semburat keemasan yang tercetak apik dilangit bersama gumpalan-gumpalan awan yang melayang-layang.

Jika kebudayaan Wonosobo begitu menariknya, tak luput pula makanan Khasnya. Sebagian orang mungkin akan merasa asing dengan Tempe Kemul. Warna kuning cerahnya yang menarik hampir sebagian orang, serta renyahnya adonan yang digoreng dengan perasaan khas Wonosobo. Tempe kemul sendiri kebanyakan tersaji hangat dan dapat dijumpai pada pinggiran jalan yang ada disekitar Wonosobo. Selain Tempe Kemul, Wonosobo juga memiliki ke-khas-an yang lain seperti ‘Geblek’ ,  Mie Ongklok dan banyak lagi. Geblek sendiri adalah campuran dari pati dan kelapa yang dimasak dengan resep rahasia masyarakat Wonosobo.

Lain geblek, lain juga Mie Ongklok. Mie Ongklok adalah mie dengan kuah kental yang terbuat dari pati yang lalu diolah dengan bumbu-bumbu khusus. Mie Ongklok sendiri dapat dijumpai di sepanjang jalan Wonosobo, biasanya disajikan bersama Sate ayam dengan uap panas yang mengepul hangat.
Semangat menelusuri kota mungil nan cantik, Wonosobo. 
Artikel ini saya ikut sertakan dalam #NJFWonosobo2015




Salam hangat netizen..
Kali ini kita ada kabar gembira buat yang belum sempat kirim karya untuk ‪#‎NJFWonosobo2015

Berdasarkan audiensi dengan Bapak Eko Sutrisno Wibowo (Sekretaris Daerah Kab. Wonosobo) Event lomba “Netizen Journalistic Festival” masuk ke dalam rangkaian ‪#‎HariJadiWonosobo190‬ ,
Untuk itu, kami selaku panitia menginformasikan kepada seluruh peserta yang sudah mendaftar dan kepada semua calon peserta yang akan mendaftar bahwa:
- Deadline pengiriman karya pada 1 Juli 2015 dan Pengumuman nominasi pada tanggal 25 Juli 2015
-Thema: “All About Wonosobo”

Jurinya siapa sih?
Kategori:
-Foto : Mas Agus Nonot Supriyanto (HPPW dan Photografer Senior)
-Artikel : Mas Farid Gaban (Editor in Chief Geo Times Magazine, Jurnalis Senior)
-Video : Mas Putut Tri Husodo (Wapemred SCTV, Jurnalis Senior)

Sebagai penyemangat, sebanyak 60 orang dari 3 kategori lomba akan menjadi nominator dan berkesempatan untuk kita bukukan karyanya lho...
So, Tunggu apa lagi, "Tunjukkan Karyamu!"

Untuk info lebih detail, syarat dan ketentuan bisa check:
Blog: www.njfwonosobo.blogspot.com / www.njfwonosobo.wordpress.com
FB: www.facebook.com/njfwonosobo
Twitter: www.twitter.com/njfwonosobo

0 komentar:

Eatbox Kitchen Wonosobo

Eatbox Kitchen Wonosobo
Jl. T. Jogonegoro, Funbox Resto Cafe, Lt.2
 
wonosobozone.com © 2015. All Rights Reserved.
Top